Selasa, 27 Maret 2012
Selasa, 06 Maret 2012
Duhai gadis
Bismillaah..
Duhai gadis, maukah ku beritahukan padamu bagaimana mencintai dengan indah?
Inginkah ku bisikkan bagaimana mencintai dengan syahdu.
Maka dengarlah..
Gadis, Saat ku jatuh cinta..
Tak akan ku berucap..
Tak akan ku berkata..
Namun ku hanya akan diam..
Saat ku mencintai, takkan pernah ku menyatakan.
Tak akan ku menggoreskan..
Yang ku lakukan hanyalah diam..
Aku tahu, cinta adalah fitrah..sebuah anugrah tak terperih..
Karena cinta adalah kehidupan. Karena rasa itu adalah cahaya. Aku tahu,
hidup tanpa cinta, bagaikan hidup dalam gelap gulita.. Namun.. Saat
rasa itu menyapa, maka hadapi dgn anggun. Karena rasa itu ibarat
belenggu pelangi, dengan begitu banyak warna. Cinta terkadang mbuatmu
bahagia, namun tak jarang mbuatmu menderita. Cinta ada kalanya manis
bagaikan gula, Namun juga mampu memberi pahit yang sangat getir. Cinta
adalah perangkap rasa.. Sekali kau salah berlaku, maka kau akan
terkungkung dalam waktu yang lama dalam lingkaran derita.
Maka
gadis, Agar kau dapat keluar dari belenggu itu. Dan mampu melaluinya dgn
anggun.. Maka mencintailah dalam hening. Dalam diam.. Tak perlu kau
lari, tak perlu kau hindari. Namun juga, jangan kau sikapi dgn
berlebihan. Jangan kau umbar rasamu. Jangan kau tumpahkan segala
sukamu..
Cobalah merenung sejenak dan fikirkan dgn tenang..
Kita percaya takdir bukan? Kita tahu dengan sangat jelas... Dia, Allah
telah mengatur segalanya dengan begitu rapinya? Jadi, apa yang kau
risaukan? Biarkan Allah yg mengaturnya, Dan yakinlah di tangan-Nya semua
akan baik-baik saja..
Cobalah renungkan... Dia yang kau cinta,
belum tentu atau mungkin tak akan pernah menjadi milikmu.. Dia yang kau
puja, yang kau ingat saat siang dan yang kau tangisi ketika malam,
Akankah dia yang telah Allah takdirkan denganmu?
Gadis, kita
tak tahu dan tak akan pernah tahu.. Hingga saatnya tiba.. Maka, ku
ingatkan padamu, tidakkah kau malu jika smua rasa telah kau umbar...
Namun ternyata kelak bukan kau yg dia pilih untuk mendampingi hidupnya?
Gadis, Karena cinta kita begitu agung untuk di umbar.. Begitu mulia
untuk di tampakkan.. Begitu sakral untuk di tumpahkan..
Dan
sadarilah gadis, fitrah kita wanita adalah pemalu, Dan kau indah karena
sifat malumu.. Lalu, masihkah kau tampak menawan jika rasa malu itu
telah di nafikan? Masihkah kau tampak bestari jika malu itu telah kau
singkap.. Duhai gadis, jadikan malu sebagai selendangmu.. Maka tawan
hatimu sendiri dalam sangkar keimanan.. Dalam jeruji kesetiaan.. Yah..
Kesetiaan padanya yg telah Allah tuliskan namamu dan namanya di Lauhul
Mahfuzh.. Jauh sebelum bumi dan langit dicipta..
Maka cintailah
dlm hening. Agar jika memang bukan dia yg ditakdirkan untukmu, Maka
cukuplah Allah dan kau yg tahu segala rasamu.. Agar kesucianmu tetap
terjaga.. Agar keanggunanmu tetap terbias..
Maka, ku
beritahukan padamu, Pegang kendali hatimu..Jangan kau lepaskan. Acuhkan
semua godaan yg menghampirimu.. Cinta bukan untuk kau hancurkan, bukan
untuk kau musnahkan.. Namun cinta hanya butuh kau kendalikan, hanya
cukup kau arahkan..
Gadis... yg kau butuhkan hanya waktu, sabar dan percaya..
Maka, peganglah kendali hatimu, Lalu..Arahkan pd Nya.. Dan cintailah
dalam diam.. Dalam hening.. Itu jauh lebih indah.. Jauh lebih suci..
Akhwat Yang Terjaga, You're My Inspiration
Kamis, 01 Maret 2012
Bismillahi Nawaitu Lilahi Ta'ala ..
Bismillahi Nawaitu Lilahi Ta'ala ..
Tawaran memarifati-Mu secara instant tidaklah menarik hatiku ..
Karena buah masak di pohon dengan buah masak di-karbit ..
tentulah berbeda kadar ..
Rumus yang diciptakan manusia selalu hancur oleh angan-angan kosong ..
Aku khawatir, di dalam diri-Mu aku tak lebur ..
Hanya sekedar meditasi tak membaur ..
Ah, rasanya ...bukan begitu Engkau mendidik rasulmu Muhammad ...
Apa yang tak dijual di sini ...
Mulai dari setitik debu ..
Sampai sukma dan nurani ..
Orang-orang menukarnya dengan merek-merek hampa ..
Dengan benda-benda mati tanpa warna ..
Pasar jagat ini telah menjauh dari teluk kelahirannya sendiri ..
Terkukung di gunduk nafsu ..
Yang tak menyempurnakan teriakannya....
Karena itu, kepada sunah nabi-Mu aku berguru, Tak ingin terburu ...
Walaupun aku bukanlah murid yang pandai
Yang senantiasa memanjat gunung sinai dan bukit sidratul muntaha ..
Tapi aku tak hendak beranjak dari rerimbunan bunga ..
Yang memasuki relung gua kesunyian batinku ....
Karena itu bertahun aku mengembara ke langit-Mu yang jauh ...
Kukumpulkan air mata nabi-Mu ..
Kubuat jadi manikam dan mutiara ..
Yang bergemerencing dan berdenting dalam jiwaku ..
Kemudian menjadi suluh ..
Dan mengajarkan sang salik agar tak bakhil dan bathil ..
Di teluk batin yang begitu khofi ...
Ketika sampai ke samudra-Mu, wahai Kekasih ...
Ku sapa neraka dan surga ..
Ku sapa Mika’il, Israfil, Raqib dan Atid ..
Sementara itu, ku lihat sakaratil maut menyeringai di tangan Izrail ...
Kupetik dawai-Mu lima kali ..
agar khusuk beriktikaf di Baitul Makmur ..
sambil mendengar-Mu berkata dan memanggil, “kemari, kemari...”
Tak lama kemudian sayap Jibril menyelimuti batinku ..
Sambil memberikan pilihan ..
Memasuki kesunyian pertapa ...
Atau menjadi martir sejati ....
Pilihan itu membuat gemuruh tasbihku menggelegar merindingkan sukma ...
Genta malam mengiringiku merintihkan munajat ..
Yang melelapkan ombak samudra di pangkuan bulan ...
Kupandangi malakut, kupandangi maut ..
agar makrifatku tak surut ...
untuk akhirnya berbisik, “Terserah kehendak-Mu, wahai Kekasih.....”
Kini air tertegun di padang qalbu ..
Semesta misik melambai mesra di gua hira ..
Turun bersama angin subuh ..
Tak kuhiraukan,
agar purna semedi-ku ..
agar sukmaku menjelma cahaya ...
Langganan:
Postingan (Atom)