Jumat, 25 Maret 2011

Penantian

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh…

Entah angin apa yang membuai hari ini, membuatku begitu berani mencoretkan sesuatu untuk dirimu yang tidak pernah aku kenali. Aku sebenarnya tidak pernah berniat untuk memperkenalkan diriku kepada siapapun. Apalagi mencurahkan sesuatu yang hanya aku khususkan buatmu sebelum tiba masanya. Kehadiran sseorang lelaki yang menuntut sesuatu yang kujaga rapi selama ini semata-mata buatmu, itulah hati dan cintaku, membuatku tersadar dari lenaku yang panjang.

Ibu telah mendidikku semenjak kecil agar menjaga maruah dan mahkota diriku karena Allah telah menetapkannya untukmu suatu hari nanti. Kata ibu, tanggungjawab ibu bapak terhadap anak perempuan ialah menjaga dan mendidiknya sehingga seorang lelaki mengambil-alih tanggungjawab itu dari mereka. Jadi, kau telah wujud dalam diriku sejak dulu. Sepanjang umurku ini, aku menutup pintu hatiku dari lelaki manapun karena aku tidak mau membelakangimu.

Aku menghalang diriku dari mengenali lelaki manapun karena aku tidak mau mengenal lelaki lain selainmu, apa lagi memahami mereka. Karena itulah aku sekuat ‘kodrat yang lemah ini’ membatasi pergaulanku dengan bukan mahramku. Aku lebih suka berada di rumah karena rumah itu tempat yang terbaik buat sorang perempuan. Aku sering merasa tidak selamat dari diperhatikan lelaki. Bukanlah aku bersangka buruk terhadap kaummu, tetapi lebih baik aku berwaspada karena contoh banyak di depan mata.

Aku palingkan wajahku dari lelaki yang asyik memperhatikan diriku atau coba merayuku. Aku sedaya mungkin melarikan pandanganku dari lelaki ajnabi (asing) karena Sayyidah Aisyah r.a pernah berpesan, “Sebaik-baik wanita ialah yang tidak memandang dan tidak dipandang oleh lelaki.” Aku tidak ingin dipandang cantik oleh lelaki. Biarlah aku hanya cantik di matamu. Apalah gunanya aku menjadi idaman banyak lelaki sedangkan aku hanya bisa menjadi milikmu seorang. Aku tidak merasa bangga menjadi rebutan lelaki bahkan aku merasa terhina diperlakukan sebegitu seolah-olah aku ini barang yang bisa dimiliki sesuka hati.

Aku juga tidak mau menjadi penyebab kejatuhan seorang lelaki yang dikecewakan lantaran terlalu mengharapkan sesuatu yang tidak dapat aku berikan. Bagaimana akan kujawab di hadapan ALLAH kelak andai ditanya? Adakah itu sumbanganku kepada manusia selama hidup di muka bumi? Kalau aku tidak ingin kau memandang perempuan lain, aku dululah yang perlu menundukkan pandanganku. Aku harus memperbaiki dan menghias pribadiku karena itulah yang dituntut oleh Allah. Kalau aku ingin lelaki yang baik menjadi suamiku, aku juga perlu menjadi perempuan yang baik. Bukankah Allah telah menjanjikan perempuan yang baik itu untuk lelaki yang baik?

Tidak kunafikan sebagai remaja, aku memiliki perasaan untuk menyayangi dan disayangi. Namun setiap kali perasaan itu datang, setiap kali itulah aku mengingatkan diriku bahwa aku perlu menjaga perasaan itu karena ia semata-mata untukmu. Allah telah memuliakan seorang lelaki yang bakal menjadi suamiku untuk menerima hati dan perasaanku yang suci. Bukan hati yang menjadi labuhan lelaki lain. Engkau berhak mendapat kasih yang tulen.

Diriku yang memang lemah ini telah diuji oleh Allah saat seorang lelaki ingin berkenalan denganku. Aku dengan tegas menolak, berbagai macam dalil aku kemukakan, tetapi dia tetap tidak berputus asa. Aku merasa seolah-olah kehidupanku yang tenang ini telah dirampas dariku. Aku bertanya-tanya adakah aku berada di tebing kebinasaan ? Aku beristigfar memohon ampunan-Nya. Aku juga berdoa agar Pemilik Segala Rasa Cinta melindungi diriku dari kejahatan.

Kehadirannya membuatku banyak memikirkan tentang dirimu. Kau kurasakan seolah-olah wujud bersamaku. Di mana saja aku berada, akal sadarku membuat perhitungan denganmu. Aku tahu lelaki yang menggodaku itu bukan dirimu. Malah aku yakin pada gerak hatiku yang mengatakan lelaki itu bukan teman hidupku kelak.

Aku bukanlah seorang gadis yang cerewet dalam memilih pasangan hidup. Siapalah diriku untuk memilih permata sedangkan aku hanyalah sebutir pasir yang wujud di mana-mana.

Tetapi aku juga punya keinginan seperti wanita solehah yang lain, dilamar lelaki yang bakal dinobatkan sebagai ahli syurga, memimpinku ke arah tujuan yang satu.

Tidak perlu kau memiliki wajah setampan Nabi Yusuf Alaihisalam, juga harta seluas perbendaharaan Nabi Sulaiman Alaihisalam, atau kekuasaan seluas kerajaan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, yang mampu mendebarkan hati juataan gadis untuk membuat aku terpikat.

Andainya kaulah jodohku yang tertulis di Lauh Mahfuz, Allah pasti akan menanamkan rasa kasih dalam hatiku juga hatimu. Itu janji Allah. Akan tetapi, selagi kita tidak diikat dengan ikatan yang sah, selagi itu jangan dimubazirkan perasaan itu karena kita masih tidak mempunyai hak untuk begitu. Juga jangan melampaui batas yang telah Allah tetapkan. Aku takut perbuatan-perbuatan seperti itu akan memberi kesan yang tidak baik dalam kehidupan kita kelak.

Permintaanku tidak banyak. Cukuplah engkau menyerahkan seluruh dirimu pada mencari ridha Illahi. Aku akan merasa amat bernilai andai dapat menjadi tiang penyangga ataupun sandaran perjuanganmu. Bahkan aku amat bersyukur pada Illahi kiranya akulah yang ditakdirkan meniup semangat juangmu, mengulurkan tanganku untukmu berpaut sewaktu rebah atau tersungkur di medan yang dijanjikan Allah dengan kemenangan atau syahid itu. Akan kukeringkan darah dari lukamu dengan tanganku sendiri. Itu impianku.

Aku pasti berendam airmata darah, andainya engkau menyerahkan seluruh cintamu kepadaku. Cukuplah kau mencintai Allah dengan sepenuh hatimu karena dengan mencintai Allah, kau akan mencintaiku karena-Nya. Cinta itu lebih abadi daripada cinta biasa. Moga cinta itu juga yang akan mempertemukan kita kembali di syurga….

Wassalam…

Seorang gadis yang membiarkan dirinya dikerumuni, didekati, diakrabi oleh lelaki yang bukan muhrimnya…cukuplah dengan itu hilan harga dirinya…di hadapan Allah. Di hadapan Allah. Di hadapan Allah. PELIHARALAH DIRI DAN JAGA KESUCIAN.

http://fsialbiruni.multiply.com/journal/item/6

Sahabatku, Ketahuilah Bahwa Perpisahan ini Tidak Mampu Membuatku Dapat Melupakanmu...

Assalamualaikum Warahmatullah...

Ketika kita mencintai sesuatu karena Allah, maka tingkatan Kecintaan yg tertinggi adalah Allah, dan dari rasa cinta ini melahirkan kecintaan kita kepada apa yang dicintaiNya, karena org yang mencintai akan rela dengan sepenuh hati untuk menyelaraskan kecintaan kepada siapa yang dicinta namun dia akan mencintai apa yang dicintai itu sesuai dengan apa yang dsukai oleh yg dicintainya.

Ketika seseorg yang patut kita Cintai karena Allah datang kepada kita di dunia ini, maka karena hati telah terpaut oleh Allah, kitapun akan mencintainya, lantaran dengan kita mencintainya, kita akan lebih merasa dekat kepada Allah. karena hati seseorg yg jatuh cinta akan selalu ingin merasa dekat kepada siapa yang dicintainya. sehingga diapun menjaga batasan2x yang Allah tetapkan kepadanya dalam mencintai siapa yang dicintainya Karena Allah agar Allah tidak membencinya ketika dia mencintai(org yang dicintainya Karena Allah itu)

Namun ketika Allah mengambil org tersebut dari sisi kita, maka bagi orang yang mencintainya karena Allah maka dirinya rela melepaskan kepergianya lantaran dia yakin bahwa apa yang ditakdirkan kepadanya atas apa yang dicintainya itu merupakan keputsusan yang paling baik.

Ketika Kekasih itu meminta, maka seharunya kita merelakannya dengan sepenuh hati untuk melepaskannya dengan perpisahan yang baik. Karena kita meyakini bahwa jalan yg baik untuk makin Memperkuat Kecintaan kita kepadaNya adalah menuruti apa yang diminta oleh kekasihnya itu(Allah) :), Lantaran perpisahan ini adalah Keinginan dari Kekasih kita itu, Dan kekasih kita itu lebih mengetahui apa-apa yang baik untuk kita dpatkan.

Di dalam perpisahan itu, (selama org tersebut masih patut untuk kita cintai karena Allah), maka kita seharusnya merawat kerinduan kita, mendoakan, menjaganya ditempat yg dirahmati, sehingga rasa cinta itu tidak membuat kita menderita, lantaran kecintaan Karena Allah tidak membuat org yg melakukannya menderita, karena dasar cintanya didasari dari Keyakinannya kepada Allah, Allah itu Indah oleh karena itu ketika dia mencintai apa-apa yang dicintaiNya, dia yakin bahwa dia akan mendapatkan Keridhaan Allah dan Kebaikan setelahnya, Insya Allah.

Sehingga org2x yang mencintai seseorg karena Allah akan dapat mengendalikan hatinya, sejauh mana dia mencintai org tersebut, dia pun akan menyesuaikan aktivitas cintanya dengan hal2x yang Allah Cintai(ketika dirinya mencintai org tersebut), sehingga ketika Allah Meminta dia untuk berpisah dengan siapa yang dia cintai tadi maka dia tidak merasa dirugikan ataupun disakiti karena dasar cintanya adalah mencintai sesuai dengan apa yang Allah Cintai, karena mereka tahu bahwa dengan mencintai karena Allah itu, pastinya akan memberikan kebaikan kepada mereka. Dan ketika perpisahan itupun terjadi, mereka percaya bahwa Allah akan menyatukan hati mereka dengan ukhuwah yang DiberkahiNya di suatu Tempat yang Indah untuk kebaikan jalinan ukhuwah mereka yang lebih baik, sehingga apakah perpisahan ini mampu membuat mereka lupa kepada org yang mereka mencintainya karena Allah?
Subhanallah...

Maka ketahuilah wahai Sahabatku, bahwa perpisahan ini tidak membuatku dapat melupakanmu...
Insya Allah...

Novel: “Sebingkai Ilmu & Cinta”

InsyaAllah… akan segera hadir, novel kisah nyata yang terlarang untuk di-Film-kan!


Novel ini terdiri dari 2 bagian, yaitu novran 1 yang berisi kisah nyata anak rohis di suatu SMA unggulan (nama sekolah dan identitas para tokoh ceritanya dirahasiakan) dan Novran 2 yang berisi pemikiran dan perenungan, membuat buku ini sangat berbeda dari kebanyakan novel-novel lainnya. Novel ini berkisah tentang perjuangan anak rohis di suatu SMA unggulan dimana menegakkan agama Islam dengan sungguh-sungguh adalah setengah mampus di sekolah tersebut. Tidak percaya? Tanyakan saja pada ikhwan dan akhwatnya yang benar-benar berpegang teguh pada syari’at agama di sekolah ini, pastinya akan sangat menegangkan bagaimana mereka harus berjuang menegakkan Islam di hadapan para guru bahkan di hadapan guru pembina rohis itu sendiri.

Kisah ini diawali dengan kisah seorang pemuda awam yang sedikit demi sedikit mulai paham agama dan mulai masuk dalam organisasi rohis sekolah. Seiring dengan berjalannya waktu, sang pemuda menjadi berubah dan dianggap makhluk aneh oleh orang-orang sekitarnya hanya karena ingin menegakkan sunnah agama.

Di satu sisi, terdapatlah seorang akhwat yang sejak awal masuk SMA, malahan semenjak tes wawancara, sudah ditekankan oleh pihak sekolah untuk TIDAK memanjangkan jilbab padahal jilbab yang dipakainya saat itu masih tergolong sangat kecil: cuma sekedar menutupi dada kasian… tidak lebih! Namun, tetap saja dimarahi habis-habisan oleh seorang guru agama (yang sekaligus guru pembina rohis). Betapa paradoksnya itu? Bahkan akhwat ini dipaksa tanda tangan sebagai janji dan bukti bahwa tidak akan memanjangkan jilbab dan tidak akan ikut tarbiyah lagi!

Beberapa lama kemudian, muncul lagi seorang ikhwan misterius yang justru menambah lika-liku kisah ini. Seorang ikhwan yang awalnya diremehkan, tapi ternyata dibalik tampang culunnya, dia memiliki banyak potensi mengangumkan, membuat banyak orang menjadi takjub kepadanya. Ikhwan ini juga pernah diancam pihak sekolah untuk dikeluarkan HANYA gara-gara memelihara jenggot, sungguh kasihan…

Banyak kisah yang ditulis dalam buku ini disertai tokoh-tokoh lain dengan aneka masalahnya sehingga pembaca akan mendapatkan kisah-kisah ini dari berbagai macam sudut pandang sekaligus. Penulis pun telah berusaha semampunya untuk menyajikan buku ini sebaik mungkin dan seunik mungkin sehingga insyaAllah buku ini akan terlihat sangat berbeda dengan novel-novel lain pada umumnya.

Ilmu pengetahuan yang ada di dalamnya pun tidak sebatas pada ilmu agama saja, tetapi juga ilmu eksakta, ilmu sosial, ilmu psikologi, ilmu komputer, ilmu astronomi, ilmu militer, bahkan ilmu penerbangan pun ada. Pada beberapa bagian, juga dituliskan kisah-kisah yang lucu serta kisah ketika anak rohis ini jatuh cinta (dan tentunya kisah nyata) sehingga pembaca tidak kaku membacanya. Tentunya hal ini menjadikan buku ini layak dikonsumsi oleh siapa saja dan di mana saja. Bahkan sebenarnya, pembaca pun dapat ikut bermain detektifan di dalam buku ini jika mau.




***************


Tambahan dari penulis:

Memang, buku ini tidak ditulis begitu saja walaupun identitas asli tokohnya dirahasiakan. Jadi, jika Anda benar-benar memperhatikan angka-angka di dalam buku ini, tentunya Anda sadar bahwa angka-angka itu tidak muncul begitu saja, tapi tentunya melalui suatu proses transformasi yang membuatnya berubah menjadi semacam chiperteks (tulisan rahasia) atau berupa perhitungan asli dari kenyataan di lapangan. Tentu saja beberapa di antaranya berupa nilai pendekatan berhubung sulitnya mendapat data yang dibutuhkan dan kemungkinan terjadinya human eror.

Terkadang juga, penulis ingin menggunakan berbagai macam rumus untuk menghitung kondisi latar. Misalnya, curah hujan (dengan menggunakan metode Isohyet atau Thiesen misalnya), intensitas cahaya, dll. Namun, data yang didapatkan dari stasiun hujan, bandar udara, BMG, maupun dari BPS (Badan Pusat Statistik) sangat terbatas, sedangkan untuk menggunakan rumus dibutuhkan data lebih. Oleh karena itu, pengolahan data hanya dapat kulakukan pada hal-hal tertentu saja.

Hal lain yang ingin saya katakan adalah penulisan kisah Laila dan Jamila ibarat Ghumaisha dan Rumaisha. Tentunya ini dilakukan bukannya karena apa, tapi karena keinginan salah seorang tokoh di buku ini. Jadi, hanya orang “berpengetahuan” saja yang dapat mengetahui rahasia di balik kisah akhwat berjilbab lebar ini.

Berikutnya gambar yang digunakan tidak sembarangan. Memang, gambar ini ada yang dibuat sendiri dan adapula yang diambil dari internet. Hanya saja pengaturannya diubah dan diracik sedemikian rupa agar memiliki makna dan nilai tambahan. Teknik yang digunakan adalah golden ratio 1,618 dan teknik eyes of the rectangle. Tentunya pembaca tidak menduga bahwa ternyata gambar-gambar yang menemani pada awal bab ternyata juga tidak dibuat sembarangan, namun dibuat dengan suatu perancangan. Bahkan kalau pembaca lebih teliti, beberapa gambar ternyata ada yang sengaja dirotasi pada 343.4 dan 16.6 derajat.

Bukan hanya gambar dalam buku, tapi juga pada cover buku ini ternyata memiliki makna tersendiri. Bahkan kalau mau jujur, desain cover buku ini dibuat sendiri dengan proporsi-proporsi yang tidak sembarangan. Namun, diserahkan pada pembaca untuk memahaminya sendiri. Begitu pula dengan permainan teka-teki yang ada di buku ini. Bahkan daftar isi yang terlihat aneh pun sebenarnya tidak dibuat sembarangan. Kalau pembaca mencoba memperhatikan, pasti setiap judul pada Novran 1 selalu diawali dengan huruf P dan B secara bergantian dan apabila diperhatikan “huruf terakhir” pada tiap judul, pasti polanya a-a sebagaimana puisi klasik. Kalau Anda lebih teliti lagi, ternyata jika huruf-huruf itu dihubungkan ternyata membentuk kalimat! Wow! Memang sulit sih buatnya^^ tapi paling tidak saya senang melakukannya, ada kepuasan batin tersendiri^^

Pada kenyataannya, penggunaan golden ratio dilakukan oleh pelukis maupun arsitek bangunan. Rasio 1,618 memang bertebaran di alam, mulai dari tumbuhan, hewan, bahkan manusia. Pelukis dan arsitek bangunan menggunakan proporsi ini untuk menghasilkan karya indah yang seimbang, tapi sebenarnya, rasio 1,618 bukanlah milik pelukis atau arsitektur, tapi rasio ini adalah rasio yang sengaja diciptakan oleh Allah supaya kita dapat mengambil hikmah bahwasanya penciptaan alam itu tidaklah main-main. Ada perhitungan serapi-rapinya yang sengaja disiapkan bagi mereka yang berakal.

“Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya” (al-Furqaan: 2)

“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran” (al-Qamar: 49)

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka” (al-Imran 190-191)

Hal terakhir yang ingin disampaikan penulis adalah pahamilah dan cobalah untuk mengerti, ambillah hikmah yang dapat dipetik, dan jadilah manusia yang baik serta tidak menyukutukan Allah dengan sesuatu apapun. Sungguh, dosa syirik (mempersekutukan Allah) adalah dosa besar sepanjang sejarah manusia. Barangsiapa yang wafat dalam keadaan syirik, maka diharamkan baginya surga.

".....Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka sungguh Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka. Tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.”(al-Maa-idah:72)

Khusus untuk anak-anak SMA Negeri 1123A8 Half dan orang-orang di sekitar mereka: penulis berharap agar Anda merahasiakan identitas asli tokoh-tokoh dalam cerita ini karena biar bagaimanapun juga, mereka bukanlah orang yang ingin dirinya terkenal dan tak ingin pula dipuji atas perjuangan mereka. Sungguh, merahasiakan identitas mereka adalah lebih baik untuk mereka dan akan lebih baik untuk menjaga hati-hati mereka. Oleh karena itulah, mari kita jaga rahasia ini bersama-sama^^

Terakhir, mudah-mudahan Allah memberikan hidayah dan kebaikan kepada kita semua hingga akhir hayat kita. Mudahan-mudahan pula kita diberikan ampunan karena biar bagaimanapun dan walau siapapun (ulama sekalipun), tentunya kita hanyalah manusia biasa yang terkadang bisa khilaf dan jatuh ke dalam dosa baik dosa kecil maupun dosa besar, dan semoga Allah mempertemukan kita semua di surga-Nya dalam keadaan yang baik . Amin…

Caraku Mencintaimu KarenaNya

Bismillahirrahmanirrahiim

Wahai Saudari kami...

Mungkin kalian pernah mendapati kami dalam keadaan dingin dan membisu

Padahal bisa saja, kami membuka pembicaraan dan memecahkan suasana bersama kalian

Namun kami sadar, bahwa tak layak bagi kami bermudah-mudah dikarena khawatir hal itu akan mengikis kadar rasa malu kalian kepada kami.

Mungkin kalian pernah merasa risih ketika kami tidak memperhatikan wajah ketika berbicara dengan kalian?

Padahal memandang kalian ketika berbicara adalah mudah bagi kami,

Namun dengan memalingkan wajah, kami berharap agar kalian akan lebih berhati-hati dalam berbicara dan menjadikan keadaan itu lebih suci bagi hati masing-masing.

***

Wahai Saudariku...

Mungkin kamu akan mengatakan aku aneh ketika aku melarangmu menelefonku

Padahal, bisa saja aku menganggkatnya setiap saat engkau menelefonku

Namun aku belajar untuk menghargai seseorang yang berhak akan mendampingimu kelak, dengan cara tidak berduaan denganmu dalam keadaan yang tidak ada yang menemani.

Mungkin kamu akan kesal apabila aku tak memberikan pesan penyemangat ketika engkau melaporkan kepadaku tentang kegiatanmu hari ini

Padahal mudah saja jika aku harus mengirimkan sebuah pesan tersebut agar membuat jiwamu menjadi lebih bersemangat mengerjakannya

Namun, keberadaanku di sekitarmu ku harap tidak menggoyahkan kesucian hatimu dengan mengirimkan kepadamu pesan-pesan yang seharusnya tidak pernah kamu terima dariku jika itu justru akan membuatmu berangan-angan.

***

Wahai Saudariku...

Bisa jadi sebuah harapan pernah terbesit dihatimu sehingga mungkin engkau akan merasa gundah ketika aku tidak pernah meminta meminangmu.

Padahal, bisa saja aku lakukan itu agar hatimu senang

Namun aku sadar bahwa aku belum siap, maka aku redamkan lidah ini untuk menyatakannya di dalam diam.

Mungkin engkau akan datang memintaku agar kamu menantiku

Padahal aku mampu mengizinkan permintaanmu itu

Namun, apakah kamu tidak merasa sakit ketika suatu saat jodohku adalah bukan dirimu? Bukankah usahamu untuk bersamaku dengan cara menantikanku adalah sia-sia?

Atau mungkin saja engkau akan merasa gelisah ketika aku tidak pernah memintamu menungguku

Padahal bisa saja permintaan itu akan engkau indahkan ketika aku memintanya kepadamu

Namun aku mencintaimu atas dasar kesucian, maka aku tidak akan memintamu untuk itu hanya karena ingin mempersilahkan laki-laki shaleh lain untuk meminangmu

Bukankah kesucian yang aku inginkan? Jika demikian, maka lebih baik engkau menikah kepada laki-laki yang telah siap meminangmu tanpa harus membuatmu menunggunya demi membantu memelihara kesucian dirimu dengan pernikahan.

Atau bisa jadi, engkau bosan karena terlalu lama menungguku untuk menyatakan sebuah ungkapan-ungkapan indah kepadamu

Padahal, bisa saja aku menyatakan itu untuk menyenangkan hatimu

Namun, Diam adalah caraku mencintaimu karenaNya, berharap hal itu lebih memelihara kesucian hatiku dan hatimu setelahnya...

Aku mencintaimu dalam keimanan

Berharap agar dapat menjaga rasa maluku dan memelihara kesucian hatimu

Ini lah caraku Mencintaimu karenaNya, diam dan tak pernah terucap hingga di ujung lidah yang lunak, bahkan sampai tak pernah terlukiskan oleh aktifitasku yang dapat engkau lihat

Berharap menjadi pemalu seperti Rasul, Muhammad*

Dan membawamu menjadi suci seperti Ibunda Isa, Maryam

Suci, tak pernah tersentuh laki-laki...

Subhanallah...

***

Rule of Play: Ifalosophy. "The Tenderness is a Beauty"

Semoga Allah memaafkan aku ketika aku bersalah

Allahuma Amiiin

NB:

Catatan ini telah dilayangkan kepada 19.000 lebih Profil di jejaring sosial ini, tidak diperuntukkan khusus bagi seseorang.

Kutipan:

*)Shollallahu 'Alaihi Wassalam

Menyikapi Perbedaan dengan Kelembutan

Bismillahirrahmanirrahiim...

Apakah ketika kita mendapati suatu bagunan maka kita harus merobohkan bangunan itu karena didalamnya terdapat sedikit kerusakan? Tidak perlu, Karena itu mubazir, lebih baik yang buruk itu kita tambal dan kita perbaiki, dengan usaha yang seadanya daripada harus merobohnya dan belum tentu apa yang kita robohkan itu dapat kita bangun lagi

Sama halnya dengan suatu kelompok yang berbuat sedikit kesalahan terhadap agama Islam ini. Tak perlulah kita menggusurnya, tetapi perbaikilah kerusakan yang sedikit itu agar kesalahan itu ditukar menjadi kebenaran dan menjadikan mereka memahami apa yang benar itu. Hal ini memang lama, dan bersyukurlah atas lamanya perjuangan ini. Jika bukan dengan ini lalu dengan apa kita makin mendekatkan diri kita kepada Allah supaya dapat menyekolahkan diri kita agar lebih bersabar dan lebih tawadhu lagi? Karunia dakwah ini adalah KaruniaNya, maka bersyukurlah kalian yang berjuang di jalan ini dengan cara yang ahsan.

Bersyukurlah kalian kepada Allah atas kehadiran orang2 yang berlaku salah dalam golongan kita dan Allahpun memberikan kesadaran kepada kita untuk berjuang emperbaiki kesalahan itu, bisa jadi itu merupakan karuniaNya kepada kita agar dengan itu kita berdakwah kepada mereka dengan kelembutan dan keistiqomahan.

Kesempatan dan kesadaran yang Allah karuniakan ini menjadikan waktu-waktu kita yang bermanfaat dan Barakah dengan perjungan dakwah ini, daripada waktu itu terbuang sia-sia dengan kegiatan yang kurang beresolusi(maksud: kental) atas aktivitas Keislaman

Semoga Allah mengampunkan dan makin mendekatkan diri kita kepadaNya dan makin melembutkan hati kita atas perjuangan kita itu. Semoga Perjuangan Dakwah ini menjadikan diri kita tidak lalai terhadap barisan pertahan kita terhadap musuh, lantaran kemunduran seorang muslim bukan ketika mereka diserang, tetapi ketika mereka terlalai, karena tidak siaga lantaran tidak ada lingkungan yang menjadikan mereka dapat siaga sehingga dengan itu musuh mudah menyerang.


Wallahu ‘alam

Pilihanmu Begitu Mulia (Philosophy)

Bismillahirrahmanirrahiim

Beberapa waktu yang lalu ana mempublishkan sebuah catatan di salah satu profil ana yang lainnya yang kira begini isinya:

Mempersilahkan seseorang yang dicintai untuk menikah dengan seseorang yang tepat ketika kita belum siap adalah bentuk dari sebuah pilihan yang bijaksana. Jika kita mencintainya karena ingin menjaga kesuciannya, bukankah dengan mempersilahkannya menikah maka kesuciannya akan terjaga daripada kesuciannya masih dapat terancam oleh orang lain ketika kita melarangnya untuk menikah dengan seseorang yang tepat baginya?

Saudaraku, bukankah tindakanmu ini begitu Indah?

Bukankah lebih baik ada yang menjaganya daripada kesuciannya terancam?

Bukankah usahamu ini akan berbuah Syurga?

Maka, Jangan bersedih orang2 yang ditinggalkan menikah oleh orang yang kalian harapkan.

Karena pilihanmu begitu mulia...

Ada beberapa kesalah fahaman yang kadang menjadi pertanyaan dari para pembaca, oleh karena itu ada baiknya jika ana jelaskan lebih mendalam maksud dari cataan tersebut agar tidak terjadi kesalah fahaman

Apa yang ana tulis itu ialah mengenai suatu fenomena yang mungkin terjadi di kalangan muslim/muslimah yang belum menikah.

Terkadang diantara mereka, ikhwan pada biasanya, merasa memiliki sebuah 'kesempatan' yang menjadikan dia mampu mengajak seorang muslimah untuk menikah, namun pada saat itu dia belum memiliki kesiapan untuk meminang muslimah tersebut, sehingga hal itu bisa jadi dapat mendorong diri si ikhwan untuk meminta muslimah tersebut menunggunya hingga si ikhwan siap untuk meminang muslimah tersebut.

Dengan beberapa analisa, perkara yang terkadang ana khawatirkan dalam hal ini khususnya pihak muslimah, dimana ketika komitment telah ditetapkan diantara mereka, setidaknya muslimah ini telah menutup pintu hatinya untuk menerima pinangan dari ikhwan lainnya dalam masa penantian tsb, hal itu menjadikan muslimah tersebut menunda kesempatan bagi dirinya untuk menikah dengan orang yang telah siap meminangnya ketika pada saat itu dia telah berkomitment dengan ikwhan yang memintanya menunggu. Padahal, belum tentu pula ikhwan tersebut adalah

jodohnya.

Dan yang lebih ana khawatirnya lagi dalam masa penantian yang 'dirancang'' ini, menjadikan keduanya saling tunggu-menunggu, hingga pada suatu ketika dalam masa penantian tersebut khawatirnya muslimah itu ternyata dianiyaya oleh orang yang tidak bertanggung jawab, sehingga membuat sesuatu aib, dan dikhawatirkan hal ini belum tentu akan menjadikan ikhwan tadi mau menikahinya lagi. Padahal bisa jadi muslimah tersebut memiliki kesempatan untuk menikah dengan laki-laki lain yang siap meminang dan menikahinya dalam masa penantian tersebut namun karena aib tersebut menjadikan komitment yang telah dirancang tadi menjadikan mereka berfikir ulang bahkan merubah komitment mereka karena sesuatu hal yg diluar perkiraan mereka.

Jadi dalam tulisan itu ana menghimbau bagi para ikhwan/akhwat yang punya kemampuan untuk 'meluluhkan' calonnya untuk menunggunya tak perlulah dia merasa sedih karena calonnya itu menikah dengan ikhwan lainnya, karena pilihan dia dengan rela mempersilahkan calonnya itu untuk menikah dengan yang telah mapan untuk menikahi si calon adalah pilihan yang baik dan lebih menjaga kesucian muslimah tersebut.

Dalam hal ini ana yakin bahwa hal ini bukan perkara mempersilahkan orang lain terlebih dahulu dalam beribadah, dalam konteks, dimana ibadah disini adalah pernikahan, melainkan hal ini merupakan himbauan agar seseorang mempersilahkan orang yang lebih siap untuk menikahi calonnya agar dengan itu calonnya itu terjaga kesuciannya dengan pernikahan daripada dia menjadi fitnah bagi orang lian hingga bisa menyebabkan aib?.

jika kita menikah dengannya berharap dapat menjaga dan memelihara dia, bukankah selama kita belum mampu menikahinya maka lebih baik jika dia dinikahkan dengan muslim yang sholeh lainnya agar dengan itu kehormatannya terpelihara?. Insya Allah

Kira-kira demikian maksud dari tulisan ana yang sebelumnya

semga tulisan tersebut tidak menjadi kesalah fahaman lagi

Insya Allah

Semoga Allah memaafkan aku ketika aku bersalah

Allahuma Amiin

senyum*

Afwan

Sikap Rahmat Seorang Muslim

Bismillahirrahmanirrahiim

Siapa yang tidak tahu Bulan, satelit alami yang di miliki bumi. Namun siapa tahu bahwa bulan ternyata dahulunya memiliki sejarah yang unik atas lahirnya hingga menjadi satelit bumi. Semoga dengan ini kita dapat mengambil hikmah dari lahirnya bulan kepada Bumi. Terutama tentang hikmah mengenai sikap seorang muslim kepada suatu kaum yang zalim terhadapnya.

Menurut analisa yang diperoleh dari fakta bahwa bulan tidak memiliki kandungan air pada permukaannya, maka dapat dipastikan bahwa bulan tidak terbentuk dalam waktu yang sama dengan bumi. Dalam arti ini bulan lebih muda dari bumi. Pernyataan ini dapat dipastikan bahwa jika bumi dan bulan usianya sama, maka bisa jadi bulanpun seharusnya memiliki air, hujan, hutan dll --seperti keadaan yang sama dengan bumi(lantaran posisinya dengan matahari sangat mendukung bagi kehidupan seperti layaknya bumi). Namun, dengan kondisi tanah yang tidak ada kandungan air, menjadikan pada ilmuan berpendapat bahwa bulan itu terbentuk dari suatu gugusan debu-debu maupun batu-batu angkasa yang kemudian menggumpal dan membesar seperti sekarang. Lalu pertanyaannya darimanakah gumalan dan debu tersebut berasal?

Ilmuwan beranggapan bahwa pada awal tata surya ini dilahirkan, bumi tidaklah seperti sekarang, melainkan ia adalah sebuah bola padat yang panas.Pada saat itu Tata Surya tidak seteratur sekarang, di mana planet-planet yang mengitarinya masih dalam masa seleksi untuk menentukan siapa di antara mereka yang berhak ‘menguasai’ suatu garis lintasan yang tidak ada satu objek atau planet lainpun yang juga menguasai garis lintasan tersebut.

Dalam masa tersebut, keadaan tata surya dapat dibilang kacau, karena akibat dari seleksi yang sedang berlangsung, beberapa dari mereka dapat saling bertabrakan ketika beberapa dari mereka saling berpapasan lantaran garis lintasan mereka saling memotong ataupun mendekati satu sama lain sehingga menjadikan mereka bertabrakan.

Ketika masa tersebut bumi masih sendirian tanpa ada bulan yang mengelilinginya. Namun pada suatu ketika pada masa seleksi tersebut, sebuah planet yang ukurannya sebesar planet Mars menabrak bumi ketika bumi dan planet tersebut berpapasan, karena ukuran bumi dan massa bumi yang lebih besar sehingga menjadikan planet tersebut hancur berkeping-keping lalu karena energi tabrakan yang dihasilkannya begitu besar sehingga kepingan-kepingan ledakan itu terhempas ke ruang angkasa. Namun karena kepingan tersebut masanya jauh lebih kecil daripada bumi dan adanya grafitasi bumi disekitarnya, sehingga kepingan-kepingan yang terhempas tadi dapat ditarik sehingga kepingan-kepingan tersebut dapat mengelilingi bumi dan dari kepingan-kepingan yang menjadi gugusan layaknya cincin yang ada pada Planet Saturnus ini menjadikannya saling tarik menarik satu sama lain sehingga menghasilkan grafitasi yang besar untuk menarik kepingan-kepingan sisa hingga kepingan-kepingan yang mengitari bumi tadi habis dikumpulkan menjadi gumpalan yang besar. Gumpalan yang telah terbentuk inilah yang kemudian kita sebut dengan Bulan.

Dari gambaran yang seperti ini, kita dapat melihat cermin seorang muslim, di mana ketika ia di datangi oleh seseorang yang bersikap zalim kepadanya. Di mana di dalam Surat Al Furqon: 65 dijelaskan bahwa:

Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. Al-Furqon(25):63

Sikap seorang muslim itu seharusnya tidak menyakiti, jikapun harus berbicara maka mereka akan berbicara dengan hikmah dan karena merekapun tahu bahwa akibat dari sikap zalim dari orang lain yang mengganggu mereka itulah yang sebenarnya justru menghancurkan dirinya sendiri. Sehingga degan sikapnya yang penuh Rahmat itu, justru mampu menjadikan hati orang yang menzaliminya akan menjadi lunak lantaran sikap yang penuh Rahmat.

Seorang muslim dengan perhatian dan keteguhan jati dirinya dapat membentuk suatu bentuk karakter baru yang baik dan teduh bagi siapa yang melihatnya. Sehingga ketika mereka dizalimi maka mereka tahu bahwa pada saat tersebut dirinya akan tetap berada pada sisi baiknya sebagai Rahmat Semesta Alam sehingga dengan demikian dapat menjadikan hati orang-orang yang keras menjadi hancur berkeping-keping karena luluh lantaran sikap Rahmat serta kuatnya jati diri terhadap prinsipnya yang kemudian seiring dengan itu pula mereka menjadi teman dekat bagi orang yang zalim yang hatinya telah luluh dengan sikap-sikap Rahmat mereka

Subhanallah

Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Fushshilaat:34

Akibat sikap-sikap mereka yang Hikmah itu menjadikan hati yang luluh itu terpesona dan secara naluri ingin mengikuti seperti apa yang ada pada diri mereka. Dan karena sikap perhatian dan jiwa kasihnya mampu menarik hati yang luluh hingga membentuk suatu hati yang baru yang siap untuk di huni bagi sedemikian banyak kebaikan yang Diridhai Rabbnya.

Subhanallah...

Moon Birth References:

National Geographic. Naked Science. Episode: "Moon Misteries"

National Geographic. Naked Science. Episode: "Birth of The Earth"

NB:

Silahkan di Share dan diperluas (kalau perlu) tanpa harus menuliskan nama penulisnya

Semoga Allah memaafkan kita semua ketika kita bersalah

Allahuma Amiin

Rabu, 23 Maret 2011

Pesan untuk Ikhwan yang Hendak Bertaaruf dengan Seorang Akhwat


Terilhami dari : http://akhwatzone.multiply.com/
Disadur dari: http://umuazzam.multiply.com/journal/item/38 dengan sedikit gubahan...
Bismillah...

Izinkan aku bicara dari hati seorang wanita, yang mungkin bisa mewakili suara saudara-saudaraku, para akhwat pada umumnya.
Proses ’ta’aruf’ merupakan suatu proses awal menuju proses selanjutnya, yaitu khitbah dan akhirnya sebuah pernikahan. Memang tidak semua sukses sampe tahap itu. Sang Sutradaralah yang mengatur. Semua adalah skenario dan rekayasaNya. Manusia hanya berencana dan ikhtiar, keputusan tetap dalam genggamanNya. Tapi kita manusia juga diberi pilihan. Hidup adalah pilihan. Mau baik ato buruk, mau syurga or neraka, mau sukses ato gagal, semua adalah pilihan. Namun tetap Allah Yang Maha Menentukan.

Aku ingin titip pesan pada para ikhwan yang sdh memutuskan hendak melontarkan perkataan ’ta’aruf’ pada seorang akhwat;
Bagi para ikhwan, pikirkanlah baik-baik, matang-matang, dan masak-masak sebelum menawarkan sebuah jalinan bernama ta’aruf. Jangan mudah melontarkannya jika tak ada komitmen dan kesungguhan untuk meneruskannya. Mengertilah keadaan akhwat. Antum tahu, bahwa sifat kaum hawa itu lebih sensitif. Akhwat mudah sekali terbawa perasaan. Disadari atau tidak, diakui atau tidak, akhwat adalah makhluk yang kadang mudah sekali GeEr, suka disanjung, suka diberi pujian apalagi diberi perhatian lebih.

Jadi saat kata ta’aruf atau mungkin khitbah itu keluar dari lisan seorang lelaki baik dan sholih seperti antum, tak ada alasan bagi akhwat untuk menolak. Karena jika akhwat menolak tanpa alasan yang jelas, maka hanya fitnah yang ada. Jadi, tolong tanyakan lagi pada diri antum, apakah kata-kata itu memang keluar dari lubuk hati antum yang terdalam? Apakah antum sudah memohon petunjuk kepada yang Maha Menguasai Hati? Apa antum benar-benar siap (ilmu, iman, mental, fisik, materi, dll) untuk menjalin ikatan suci bernama pernikahan? Sekali lagi, berhati-hatilah dengan kata ta’aruf. Karena ta’aruf adalah gerbang menuju pernikahan.

Proses ’ta’aruf’ menuju pernikahan memerlukan sebuah rentang waktu tertentu. Bila diibaratkan ta’aruf adalah pintu halaman rumah antum dan pernikahan adalah pintu rumah antum, kemudian timbul pertanyaan, berapa jauhkah jarak pintu gerbang menuju pintu rumah antum? padahal selama perjalanan akan banyak cobaan menghadang. Bunga-bunga indah di halaman rumah antum bisa membuat akhwat terpesona. Kolam ikan yang indah juga membuat akhwat terlena. Ingin sekali akhwat memetiknya, ingin sekali akhwat berlama-lama di sana menikmati keindahan dan kenikmatan yang antum sajikan. Tapi tdk berhak, karena belum mendapat izin dari si empunya rumah.

Akhwat ingin segera mencapai sebuah keberkahan, tapi di tengah jalan antum menyuguhkan keindahan-keindahan yang membuat akhwat lupa akan tujuan semula. Lebih menyakitkan lagi jika antum membuka gerbang itu lebar-lebar dan akhwatpun menyambut panggilan antum dengan hati berbunga-bunga. Tapi setelah akhwat mendekat dan sampai di depan pintu rumah antum, ternyata pintu rumah antum masih tertutup. Bahkan antum tak berniat membukakannya. Saat itulah hati akhwat hancur berkeping-keping. Setelah semua harapan terangkai, tapi kini semua runtuh tanpa sebuah kepastian. Atau mungkin antum akan membukakannya, tapi kapan? Antum bilang jika saatnya tepat. Lalu antum membiarkan akhwat menunggu di teras rumah antum dengan suguhan yang membuat akhwat kembali terbuai, tanpa ada sebuah kejelasan. Jangan biarkan akhwat berlama-lama di halaman rumah antum jika memang antum tak ingin atau belum siap membukakan pintu untuknya. Akhwat akan segera pulang karena mungkin saja salah alamat. Siapa tahu rumah antum memang bukan tempat berlabuhnya hati mereka. Ada rumah lain yang siap menjadi tempat bernaung mereka dari teriknya matahari dan derasnya hujan di luar sana. Mereka tak ingin mengkhianati calon suami mereka yang sebenarnya. Di istananya ia menunggu calon bidadarinya. Menata istananya agar tampak indah. Sementara mereka berkunjung dan berlama-lama di istana orang lain.

Akhi, sebelum ijab qobul itu keluar dari lisan antum, cinta adalah cobaan. Cinta itu akan cenderung pada nafsu. Cinta itu akan cenderung untuk mengajak berbuat maksiat . Itu pasti! Langkah-langkah syetan yang akan menuntunnya. Kita tentunya tdk mau memakai label ‘ta’aruf untuk membungkus suatu kemaksiatan bukan? Hati-hatilah dengan hubungan ta’aruf yang menjelma menjadi TTM (Ta’aruf Tapi Mesra). Tolong hargai akhwat sebagai saudara antum. Akhwat bukan kelinci percobaan. Akhwat punya perasaan yang tidak berhak antum buat ’coba-coba’. Pikirkanlah kembali. Mintalah petunjukNya. Jika antum memang sudah siap dan merasa mantap, segera jemput mereka.

Dan satu lagi yang perlu antum perhatikan adalah bagaimana cara antum menjemput. Tentunya kita menginginkan kata ’berkah’ di awal, di tengah, sampai di ujung pernikahan kan? Hanya ridho dan keberkahanNya lah yang menjadi tujuan. Pilihlah cara yang tepat dan berkah. Antum sudah merasa mantap pada akhwat itu. Antum yakin seyakin-yakinnya bahwa dialah bidadari yang akan menghias istana antum. Tapi antum tidak menggunakan cara yang tepat untuk menjemputnya. Sama halnya jika antum yakin dan mantap untuk menuju Surabaya. Tapi dari Jakarta antum salah memilih kendaraan, akibatnya antum gak akan pernah sampai ke Surabaya, malah nyasar. Ato kendaraannya sudah bener tapi nggak efektif. Terlalu lama di perjalanan. Masih keliling-keliling dulu. Akhirnya banyak waktu terbuang percuma selama perjalanan. Jadi, antum juga harus memikirkan cara yang baik/ahsan, tepat dan berkah agar bahtera rumah tangga antum berjalan di atas ridho dan keberkahanNya.

Semoga pesan ini bisa menjadi bahan renungan antum, para ikhwan, calon qowwam kami (para akhwat) dalam mengarungi bahtera rumah tangga Islami yang akan melahirkan generasi penyeru dan pembela agama ALLAH. Akhirnya aku minta maaf, afwan jiddan bila dalam pesan ini ada hal-hal yg kurang akhsan..

Hati-Hati dari Teman yang Buruk!


Dalam sebuah hadits yang shahih disebutkan:

مَثَلُ الْـجَلِيْسِ الصَّالـِحِ وَالسُّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيْرِ. فَحَامِلُ الْـمِسْكِ إِمَّا أَنْ يَحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيْحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الْكِيْرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيْحًا خَبِيْثَةً
“Permisalan teman duduk yang baik dan teman duduk yang jelek seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. (Duduk dengan) penjual minyak wangi bisa jadi ia akan memberimu minyak wanginya, bisa jadi engkau membeli darinya dan bisa jadi engkau akan dapati darinya aroma yang wangi. Sementara (duduk dengan) pandai besi, bisa jadi ia akan membakar pakaianmu dan bisa jadi engkau dapati darinya bau yang tak sedap.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan bahwa teman dapat memberikan pengaruh negatif ataupun positif sesuai dengan kebaikan atau kejelekannya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyerupakan teman bergaul atau teman duduk yang baik dengan penjual minyak wangi.


Bila duduk dengan penjual minyak wangi, engkau akan dapati satu dari tiga perkara sebagaimana tersebut dalam hadits. Paling minimnya engkau dapati darinya bau yang harum yang akan memberi pengaruh pada jiwamu, tubuh dan pakaianmu. Sementara kawan yang jelek diserupakan dengan duduk di dekat pandai besi. Bisa jadi beterbangan percikan apinya hingga membakar pakaianmu, atau paling tidak engkau mencium bau tak sedap darinya yang akan mengenai tubuh dan pakaianmu.

Dengan demikian jelaslah, teman pasti akan memberi pengaruh kepada seseorang. Dengarkanlah berita dari Al-Qur`an yang mulia tentang penyesalan orang zalim pada hari kiamat nanti karena dulunya ketika di dunia berteman dengan orang yang sesat dan menyimpang, hingga ia terpengaruh ikut sesat dan menyimpang.

وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَالَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلاً. يَاوَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلاً. لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا
“Dan ingatlah hari ketika itu orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata, ‘Aduhai kiranya dulu aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku, andai kiranya dulu aku tidak menjadikan si Fulan itu teman akrabku. Sungguh ia telah menyesatkan aku dari Al-Qur`an ketika Al-Qur`an itu telah datang kepadaku.’ Dan adalah setan itu tidak mau menolong manusia.” (Al-Furqan: 27-29)
‘Adi bin Zaid, seorang penyair Arab, berkata:

عَنِ الْـمَرْءِ لاَ تَسْأَلْ وَسَلْ عَنْ قَرِيْنِهِ فَكُلُّ قَرِيْنٍ بِالْـمُقَارَنِ يَقْتَدِي
إِذَا كُنْتَ فِي قَوْمٍ فَصَاحِبْ خِيَارَهُمْ وَلاَ تُصَاحِبِ الْأَرْدَى فَتَرْدَى مَعَ الرَّدِي
Tidak perlu engkau bertanya tentang (siapa) seseorang itu, namun tanyalah siapa temannya
Karena setiap teman meniru temannya
Bila engkau berada pada suatu kaum maka bertemanlah dengan orang yang terbaik dari mereka
Dan janganlah engkau berteman dengan orang yang rendah/hina niscaya engkau akan hina bersama orang yang hina
Karenanya lihat-lihat dan timbang-timbanglah dengan siapa engkau berkawan.

Dampak Teman yang Jelek

Ingatlah, berteman dengan orang yang tidak baik agamanya, akhlak, sifat, dan perilakunya akan memberikan banyak dampak yang jelek. Di antara yang dapat kita sebutkan di sini:

1. Memberikan keraguan pada keyakinan kita yang sudah benar, bahkan dapat memalingkan kita dari kebenaran. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ يَتَسَاءَلُونَ. قَالَ قَائِلٌ مِنْهُمْ إِنِّي كَانَ لِي قَرِينٌ. يَقُولُ أَئِنَّكَ لَمِنَ الْمُصَدِّقِينَ. أَئِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَعِظَامًا أَئِنَّا لَمَدِينُونَ. قَالَ هَلْ أَنْتُمْ مُطَّلِعُونَ. فَاطَّلَعَ فَرَآهُ فِي سَوَاءِ الْجَحِيمِ. قَالَ تَاللهِ إِنْ كِدْتَ لَتُرْدِينِ. وَلَوْلاَ نِعْمَةُ رَبِّي لَكُنْتُ مِنَ الْمُحْضَرِينَ
Lalu sebagian mereka (penghuni surga) menghadap sebagian yang lain sambil bercakap-cakap. Berkatalah salah seorang di antara mereka, “Sesungguhnya aku dahulu (di dunia) memiliki seorang teman. Temanku itu pernah berkata, ‘Apakah kamu sungguh-sungguh termasuk orang yang membenarkan hari berbangkit? Apakah bila kita telah meninggal dan kita telah menjadi tanah dan tulang belulang, kita benar-benar akan dibangkitkan untuk diberi pembalasan.” Berkata pulalah ia, “Maukah kalian meninjau temanku itu?” Maka ia meninjaunya, ternyata ia melihat temannya itu di tengah-tengah neraka yang menyala-nyala. Ia pun berucap, “Demi Allah! Sungguh kamu benar-benar hampir mencelakakanku. Jikalau tidak karena nikmat Rabbku pastilah aku termasuk orang-orang yang diseret ke neraka.” (Ash-Shaffat: 50-57)
Dengarkanlah kisah wafatnya Abu Thalib di atas kekafiran karena pengaruh teman yang buruk. Tersebut dalam hadits Al-Musayyab bin Hazn, ia berkata, “Tatkala Abu Thalib menjelang wafatnya, datanglah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau dapati di sisi pamannya ada Abu Jahl bin Hisyam dan Abdullah bin Abi Umayyah ibnil Mughirah. Berkatalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Wahai pamanku, ucapkanlah Laa ilaaha illallah, kalimat yang dengannya aku akan membelamu di sisi Allah.’ Namun kata dua teman Abu Thalib kepadanya, ‘Apakah engkau benci dengan agama Abdul Muththalib?’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terus menerus meminta pamannya mengucapkan kalimat tauhid. Namun dua teman Abu Thalib terus pula mengulangi ucapan mereka, hingga pada akhirnya Abu Thalib tetap memilih agama nenek moyangnya dan enggan mengucapkan Laa ilaaha illallah. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

2. Teman yang jelek akan mengajak orang yang berteman dengannya agar mau melakukan perbuatan yang haram dan mungkar seperti dirinya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang munafikin:

وَدُّوا لَوْ تَكْفُرُونَ كَمَا كَفَرُوا فَتَكُونُونَ سَوَاءً
“Mereka menginginkan andai kalian kafir sebagaimana mereka kafir hingga kalian menjadi sama.” (An-Nisa`: 89)
3. Tabiat manusia, ia akan terpengaruh dengan kebiasaan, akhlak, dan perilaku teman dekatnya. Karenanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الرَّجُلُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang itu menurut agama teman dekat/sahabatnya, maka hendaklah salah seorang dari kalian melihat dengan siapa ia bersahabat1.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi. Dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 927)

4. Melihat teman yang buruk akan mengingatkan kepada maksiat sehingga terlintas maksiat dalam benak seseorang. Padahal sebelumnya ia tidak terpikir tentang maksiat tersebut.

5. Teman yang buruk akan menghubungkanmu dengan orang-orang yang jelek, yang akan memudaratkanmu.

6. Teman yang buruk akan menggampangkan maksiat yang engkau lakukan sehingga maksiat itu menjadi remeh/ringan dalam hatimu dan engkau akan menganggap tidak apa-apa mengurangi-ngurangi dalam ketaatan.

7. Karena berteman dengan orang yang jelek, engkau akan terhalang untuk berteman dengan orang-orang yang baik/shalih sehingga terluputkan kebaikan darimu sesuai dengan jauhnya engkau dari mereka.

8. Duduk bersama teman yang jelek tidaklah lepas dari perbuatan haram dan maksiat seperti ghibah, namimah, dusta, melaknat, dan semisalnya. Bagaimana tidak, sementara majelis orang-orang yang jelek umumnya jauh dari dzikrullah, yang mana hal ini akan menjadi penyesalan dan kerugian bagi pelakunya pada hari kiamat nanti. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

مَا مِنْ قَوْمٍ يَقُوْمُوْنَ مِنْ مَجْلِسٍ لَمْ يَذْكُرُوا اللهَ تَعَالَى فِيْهِ، إِلاَّ قَامُوْا عَنْ مِثْلِ جِيْفَةِ حِمَارٍ وَكَانَ لَهُمْ حَسْرَةً
“Tidak ada satu kaum pun yang bangkit dari sebuah majelis yang mereka tidak berzikir kepada Allah ta’ala dalam majelis tersebut melainkan mereka bangkit dari semisal bangkai keledai2 dan majelis tersebut akan menjadi penyesalan bagi mereka.” (HR. Abu Dawud. Dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 77)

Demikian… Semoga ini menjadi peringatan!

(Dinukil secara ringkas dengan perubahan dan tambahan oleh Ummu Ishaq Al-Atsariyah dari kitab Al-Mukhtar lil Hadits fi Syahri Ramadhan, hal. 95-99)

Catatan kaki:

1 Seseorang akan berperilaku seperti kebiasaan temannya dan juga menurut jalan serta perilaku temannya. Maka hendaknya setiap kita merenungkan dan memikirkan dengan siapa kita bersahabat. Siapa yang kita senangi agama dan akhlaknya maka kita jadikan ia sebagai teman, dan yang sebaliknya kita jauhi. Karena yang namanya tabiat akan saling meniru dan persahabatan itu akan berpengaruh baik ataupun buruk. (Tuhfatul Ahwadzi, kitab Az-Zuhd, bab 45)

2 Sama dengan bangkai keledai dalam bau busuk dan kotornya. (‘Aunul Ma’bud, kitab Al-Adab, bab Karahiyah An Yaqumar Rajulu min Majlisihi wala Yadzkurullah)

Sumber: Majalah Asy Syariah no. 43/IV/1429 H/2008, halaman 91 s.d. 93
Judul: Hati-Hati dari Teman yang Buruk!

Penulis: Al Ustadzah Ummu Ishaq Al Atsariyyah
Katagori: Mutiara Kata
Sumber: http://www.asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=717
Share By: http://www.uhibbukumfillah.co.cc/

Arti Sebuah Cinta


Cinta bisa jadi merupakan kata yang paling banyak dibicarakan manusia. Setiap orang memiliki rasa cinta yang bisa diaplikasikan pada banyak hal. Wanita, harta, anak, kendaraan, rumah dan berbagai kenikmatan dunia lainnya merupakan sasaran utama cinta dari kebanyakan manusia. Cinta yang paling tinggi dan mulia adalah cinta seorang hamba kepada Rabb-nya.

Definisi Cinta
Untuk mendefinisikan cinta sangatlah sulit, karena tidak bisa dijangkau dengan kalimat dan sulit diraba dengan kata-kata. Ibnul Qayyim mengatakan:

“Cinta tidak bisa didefinisikan dengan jelas, bahkan bila didefinisikan tidak menghasilkan (sesuatu) melainkan menambah kabur dan tidak jelas, (berarti) definisinya adalah adanya cinta itu sendiri.” (Madarijus Salikin, 3/9)
Hakikat Cinta
Cinta adalah sebuah amalan hati yang akan terwujud dalam (amalan) lahiriah. Apabila cinta tersebut sesuai dengan apa yang diridhai Allah, maka ia akan menjadi ibadah. Dan sebaliknya, jika tidak sesuai dengan ridha-Nya maka akan menjadi perbuatan maksiat. Berarti jelas bahwa cinta adalah ibadah hati yang bila keliru menempatkannya akan menjatuhkan kita ke dalam sesuatu yang dimurkai Allah yaitu kesyirikan.

Cinta kepada Allah
Cinta yang dibangun karena Allah akan menghasilkan kebaikan yang sangat banyak dan berharga. Ibnul Qayyim dalam Madarijus Salikin (3/22) berkata: ”Sebagian salaf mengatakan bahwa suatu kaum telah mengaku cinta kepada Allah lalu Allah menurunkan ayat ujian kepada mereka:
“Katakanlah: jika kalian cinta kepada Allah maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian.” (Ali ‘Imran: 31)
Mereka (sebagian salaf) berkata: “(firman Allah) ‘Niscaya Allah akan mencintai kalian’, ini adalah isyarat tentang bukti kecintaan tersebut dan buah serta faidahnya. Bukti dan tanda (cinta kepada Allah) adalah mengikuti Rasulullah , faidah dan buahnya adalah kecintaan Allah kepada kalian. Jika kalian tidak mengikuti Rasulullah maka kecintaan Allah kepada kalian tidak akan terwujud dan akan hilang.”

Bila demikian keadaannya, maka mendasarkan cinta kepada orang lain karena-Nya tentu akan mendapatkan kemuliaan dan nilai di sisi Allah.

Rasulullah bersabda dalam hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik :
“Tiga hal yang barangsiapa ketiganya ada pada dirinya, niscaya dia akan mendapatkan manisnya iman. Hendaklah Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya, dan hendaklah dia mencintai seseorang dan tidaklah dia mencintainya melainkan karena Allah, dan hendaklah dia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah selamatkan dia dari kekufuran itu sebagaimana dia benci untuk dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Al-Bukhari no. 16 dan Muslim no. 43)

Ibnul Qayyim mengatakan bahwa di antara sebab-sebab adanya cinta (kepada Allah) ada sepuluh perkara:

Pertama, membaca Al Qur’an, menggali, dan memahami makna-maknanya serta apa yang dimaukannya.
Kedua, mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan-amalan sunnah setelah amalan wajib.
Ketiga, terus-menerus berdzikir dalam setiap keadaan.
Keempat, mengutamakan kecintaan Allah di atas kecintaanmu ketika bergejolaknya nafsu.
Kelima, hati yang selalu menggali nama-nama dan sifat-sifat Allah, menyaksikan dan mengetahuinya.
Keenam, menyaksikan kebaikan-kebaikan Allah dan segala nikmat-Nya.
Ketujuh, tunduknya hati di hadapan Allah .
Kedelapan, berkhalwat (menyendiri dalam bermunajat) bersama-Nya ketika Allah turun (ke langit dunia).
Kesembilan, duduk bersama orang-orang yang memiliki sifat cinta dan jujur.
Kesepuluh, menjauhkan segala sebab-sebab yang akan menghalangi hati dari Allah . (Madarijus Salikin, 3/18, dengan ringkas)

Cinta adalah Ibadah
Sebagaimana telah lewat, cinta merupakan salah satu dari ibadah hati yang memiliki kedudukan tinggi dalam agama sebagaimana ibadah-ibadah yang lain. Allah berfirman:
“Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu.” (Al-Hujurat: 7)
“Dan orang-orang yang beriman lebih cinta kepada Allah.” (Al-Baqarah: 165)

“Maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya.” (Al-Maidah: 54)
Adapun dalil dari hadits Rasulullah adalah hadits Anas yang telah disebut di atas yang dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim: “Hendaklah Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya.”

Macam-macam cinta
Di antara para ulama ada yang membagi cinta menjadi dua bagian dan ada yang membaginya menjadi empat. Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdulwahhab Al-Yamani dalam kitab Al-Qaulul Mufid fi Adillatit Tauhid (hal. 114) menyatakan bahwa cinta ada empat macam:

Pertama, cinta ibadah.
Yaitu mencintai Allah dan apa-apa yang dicintai-Nya, dengan dalil ayat dan hadits di atas.

Kedua, cinta syirik.
Yaitu mencintai Allah dan juga selain-Nya. Allah berfirman:

“Dan di antara manusia ada yang menjadikan selain Allah sebagai tandingan-tandingan (bagi Allah), mereka mencintai tandingan-tandingan tersebut seperti cinta mereka kepada Allah.” (Al-Baqarah: 165)

Ketiga, cinta maksiat.
Yaitu cinta yang akan menyebabkan seseorang melaksanakan apa yang diharamkan Allah dan meninggalkan apa-apa yang diperintahkan-Nya. Allah berfirman:

“Dan kalian mencintai harta benda dengan kecintaan yang sangat.” (Al-Fajr: 20)

Keempat, cinta tabiat.
Seperti cinta kepada anak, keluarga, diri, harta dan perkara lain yang dibolehkan. Namun tetap cinta ini sebatas cinta tabiat. Allah berfirman:

“Ketika mereka (saudara-saudara Yusuf ‘alaihis salam) berkata: ‘Yusuf dan adiknya lebih dicintai oleh bapak kita daripada kita.” (Yusuf: 8)

Jika cinta tabiat ini menyebabkan kita tersibukkan dan lalai dari ketaatan kepada Allah sehingga meninggalkan kewajiban-kewajiban, maka berubahlah menjadi cinta maksiat. Bila cinta tabiat ini menyebabkan kita lebih cinta kepada benda-benda tersebut sehingga sama seperti cinta kita kepada Allah atau bahkan lebih, maka cinta tabiat ini berubah menjadi cinta syirik.

Buah cinta
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan:

“Ketahuilah bahwa yang menggerakkan hati menuju Allah ada tiga perkara: cinta, takut, dan harapan. Dan yang paling kuat adalah cinta, dan cinta itu sendiri merupakan tujuan karena akan didapatkan di dunia dan di akhirat.” (Majmu’ Fatawa, 1/95)

Asy-Syaikh ‘Abdurrahman As-Sa’di menyatakan:
“Dasar tauhid dan ruhnya adalah keikhlasan dalam mewujudkan cinta kepada Allah. Cinta merupakan landasan penyembahan dan peribadatan kepada-Nya, bahkan cinta itu merupakan hakikat ibadah. Tidak akan sempurna tauhid kecuali bila kecintaan seorang hamba kepada Rabbnya juga sempurna.” (Al-Qaulus Sadid, hal. 110)
Bila kita ditanya bagaimana hukumnya cinta kepada selain Allah? Maka kita tidak boleh mengatakan haram dengan spontan atau mengatakan boleh secara global, akan tetapi jawabannya perlu dirinci.

Pertama, bila dia mencintai selain Allah lebih besar atau sama dengan cintanya kepada Allah maka ini adalah cinta syirik, hukumnya jelas haram.

Kedua, bila dengan cinta kepada selain Allah menyebabkan kita terjatuh dalam maksiat maka cinta ini adalah cinta maksiat, hukumnya haram.

Ketiga, bila merupakan cinta tabiat maka yang seperti ini diperbolehkan.

Wallahu a’lam.

Penulis : Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman bin Rawiyah An-Nawawi
Web's: asysyariah.com
Share By: Naufal Bin Abdullah

Seindah Cinta Ketika Berlabuh


Awalnya, aku bertemu dengannya di sebuah acara yang diselenggarakan di rumahku sendiri. Gadis itu sangat berbeda dengan cewek-cewek lain yang sibuk berbicara dengan laki-laki dan berpasang-pasangan. Sedangkan dia dengan pakaian muslimah rapi yang dikenakannya membantu mamaku menyiapkan hidangan dan segala kebutuhan dalam acara tersebut. Sesekali gadis itu bermain di taman bersama anak-anak kecil yang lucu, kulihat betapa lembutnya dia dengan senyuman manis kepada anak-anak. Dari sikapnya itu aku tertarik untuk mengenalnya. Akhirnya dengan pede-nya keberanikan diri untuk mendekatinya dan hendak berkenalan dengannya. Namun, kenyataannya dia menolak bersalaman dengannku, dan cuma mengatakan, “Maaf...” dan berlalu begitu saja meninggalkanku.

Betapa malunya aku terhadap teman-teman yang berada di sekitarku.“Ini cewek kok jual mahal banget !” Padahal begitu banyak cewek yang justru berlomba-lomba mau jadi pacarku. Dia, mau kenalan saja tidak mau !” ujarku. Dari kejadian itu aku menjadi penasaran dengan gadis tersebut. Lalu aku mencari tahu tentangnya. Ternyata dia adalah anak tunggal sahabat rekan bisnis papa. Setiap ada acara pertemuan di rumah gadis itu, aku selalu ikut bersama papa.

Gadis itu bernama Nina, kuliah di Fakultas Kedokteran dan dia anak yang tidak suka berpesta, berfoya-foya, dan keluyuran seperti cewek kebanyakan di kalangan kami. Aku pun jarang melihatnya jika aku pergi ke rumahnya; dengan berbagai alasan yang kudengar dari pembantunya: sakitlah, lagi mengerjakan tugas, atau kecapaian. Pokoknya, dia tidak pernah mau keluar.

Hingga suatu hari aku dan papa sedang bertamu ke rumahnya. Pada saat itu, Nina baru saja pulang dengan busana muslimahnya yang rapi, terlihat turun dari mobil. Namun belum jauh melangkah dia pun terjatuh pingsan dan mukanya terlihat sangat pucat. Kami yang berada di ruang tamu bergegas keluar dan papanya pun menggendong ke kamar serta meminta tolong kami untuk menghubungi dokter. Dari hasil pemeriksaan dokter, Nina harus dirawat di rumah sakit.

Keesokan harinya, aku datang ke rumah sakit bermaksud untuk menjenguknya. Betapa kagetnya aku ketika kutahu Nina terkena leukimia (kanker darah). Aku bertanya, “Kenapa gadis selembut dan sesopan dia harus mengalami hal itu ?”. Perasaan kesalku padanya kini berubah menjadi kasihan dan khawatir. Setiap usai kuliah, kusempatkan untuk datang menjenguknya. Aku mendapatinya sering menangis sendirian. Entah itu karena tidak ada yang menjaganya atau karena penyakit yang diderita.

Beberapa hari di rumah sakit, Nina memintaku keluar setiap kali aku masuk. Aku pun mendatanginya di rumah, tapi dia tidak pernah mau keluar menemuiku dan hanya mengurung diri di dalam kamar. Aku tidak menyerah begitu saja, kucoba menelpon Nina dan berharap dia mau bicara denganku. Namun, dia tetap tidak mau mengangkat telpon dariku, lalu kukirimkan SMS padanya agar dia mau menjadi pacarku, tetapi tidak ada balasan malah HP-nya dinonaktifkan semalaman.

Keesokan harinya aku nekat datang ke rumahnya untuk meminta maaf atas kelancanganku. Ternyata ia akan berangkat ke Makasar, ke kampung orang tuanya. Karena orang tuanya tak dapat mengantarnya, aku pun menawarkan diri untuk mengantarnya, tapi Nina lebih memilih naik taksi dengan alasan tidak mau merepotkan orang lain. Sebelum naik ke mobil, dia menitipkan kertas untukku kepada mamanya.

Alangkah hancur hatiku ketika membaca sebait kalimat yang berbunyi, “Maaf saat ini aku hanya ingin berkonsentrasi kuliah.” Hatiku remuk dan aku pulang dengan perasaan kesal sekali. Ini pertama kalinya aku ingin pacaran, tapi ditolak. Sebenarnya, aku tidak begitu suka dengan hubungan seperti pacaran itu karena begitu banyak dampak negatifnya, sampai ada yang rela bunuh diri karena ditinggalkan kekasihnya –na’udzubillahi min dzalik.

Namun entah mengapa ketika aku melihat Nina hatiku pun tergoda untuk menjalin hubungan itu. Sejak perpisahan itu, aku tidak pernah lagi bertemu dengannya sampai gelar sarjana aku raih. Lalu aku pun bekerja di perusahaan milik keluargaku sebagai satu-satunya ahli waris. Melihat ketekunanku dalam bekerja, papa Nina ,menyukaiku hingga hubungan kami menjadi akrab dan kuutarakanlah maksudku bahwa aku menyukai Nina, anaknya, dan ternyata papa Nina setuju untuk menjadikanku sebagai menantunya.

24 Oktober 2006, bertepatan dengan hari raya Idul Fitri, aku dan orang tuaku bersilaturahmi ke rumah keluarga Nina dengan maksud untuk membicarakan perjodohan antara aku dan Nina. Tapi pada saat itu Nina baru dirawat di rumah sakit sejak bulan Ramadhan. Saat kutemui, Nina terlihat sangat pucat, lemah, dan senyumannya seakan menghilang dari bibirnya. Hari itu orang tua kami resmi menjodohkan kami. Bahkan aku diminta untuk menjaganya karena orang tuanya akan berangkat ke luar negeri. Tetapi Nina tidak pernah mau meladeniku.

Suatu hari aku mendapati Nina terlihat kesakitan, terlihat darah keluar dari hidung dan mulutnya. Aku bermaksud untuk membantu mengusap darah dan keringat yang ada di wajahnya, tetapi secara spontan dia menamparku pada saat aku menyentuh wajahnya. Betapa
kaget diriku dibuatnya, aku tidak menyangka sama sekali Nina akan manamparku. Sungguh betapa istiqomahnya dia dalam menjaga kehormatan untuk tidak disentuh laki-laki yang bukan muhrimnya. Saat itu aku belum mengetahui tentang masalah ini dalam agama.

Kejadian tersebut secara tak sengaja terlihat mama Nina maka Nina pun dimarahi habis-habisan hingga sebuah tamparan mendarat di pipinya. Kulihat Nina segera melepas infusnya dan berlari menuju kamar mandi. Nina pun mengurung diri di kamar mandi tersebut. Dengan terpaksa kami mendobrak pintu kamar mandi dan kami dapati Nina tergeletak di lantai tak sadarkan diri karena terlalu banyak darah yang keluar.

Setelah sadar, aku berusaha bicara dan meminta maaf kepadanya atas kejadian tadi, namun Nina terus-terusan menangis. Aku pun bertambah bingung apa yang mesti aku lakukan untuk menenangkannya. Tanpa pikir panjang aku memeluknya, tapi Nina malah mendorongku dengan keras dan berlari keluar dari kamar menuju taman. Ketika kudekati Nina berteriak hingga menjadikan orang-orang memukulku karena menyangka aku mengganggu Nina. Karena itulah, Nina semalaman tidur di taman dan aku hanya bisa melihatnya dari kejauhan. Setelah waktu subuh menjelang kulihat Nina beranjak untuk melaksanakan shalat shubuh di masjid, aku pun turut shalat. Namun setelah shalat, tiba-tiba Nina menghilang entah kemana.

Aku mencarinya berkeliling rumah sakit tersebut. Dan lama berselang kulihat banyak kerumunan orang dan ternyata Nina sudah tak sadarkan diri tergeletak dengan HP berada di sampingnya, sepertinya dia bosan telah berbicara dengan seseorang. Keadaan Nina saat itu sangat kritis sehingga pernafasannya harus dibantu dengan oksigen. Kata dokter, paru-paru Nina basah yang mungkin diakibatkan semalaman tidur di taman.

Nina tak kunjung juga sadar. Dengan perasaan khawatir dan bingung aku berdoa dengan menatap wajahnya yang pucat pasi...

Tiba-tiba ada sebuah SMS yang masuk ke HP Nina, tanpa sadar aku pun membaca dan membalas SMS tersebut. Aku juga membuka beberapa SMS yang masuk ke HP-nya dan aku sangat terharu dengan isinya, tenyata banyak sekali orang yang menyayanginya. Di antaranya adalah orang yang bernama Ukhti. Dulu sebelum aku mengetahui Ukhti adalah panggilan untuk saudari perempuan, aku sempat cemburu dibuatnya. Aku mengira Ukhti itu adalah pacar Nina yang menjadi alasan dia menolakku. Setelah Nina tersadar dari pingsannya, aku menunjukkan SMS yang dikirimkan saudari-saudarinya dan dia sangat marah ketika tahu aku sudah membaca dan membalas SMS dari saudari-saudarinya. Dia pun akhirnya melarangku untuk memegang HP-nya apalagi mengangkat atau menghubungi saudari-saudarinya.

Namun, tetap saja aku sering ber-SMS-an dengan saudari-saudarinya untuk mengetahui kenapa sikap Nina begini dan begitu. Dari sinilah aku mendapat sebuah jawaban bahwa Nina tidak mau bersentuhan apalagi berduaan denganku karena aku bukan mahramnya dan Nina menolak untuk berpacaran serta bertunangan denganku karena di dalam Islam tidak ada hal-hal seperti itu dan hal itu merupakan kebiasaan orang-orang non Muslim.
Aku tahu juga Nina mencari seorang ikhwan yang mencintai karena Alloh bukan atss dasar hawa nafsu. Akhirnya aku tahu kan sikap Nina selama ini semata-mata dia hanya ingin menjalankan syariat Islam secara benar. Hari berlalu dan aku terus belajar sedikit demi sedikit tentang Islam dari Nina dan saudari-saudarinya, terutama dalam melaksanakan shalat lima waktu tepat pada waktunya. Saat itu aku merasakan ketenangan dan ketentraman selama menjalankannya dan menimbulkan perasaan rindu kepada Alloh untuk senantiasa beribadah kepada-Nya.
Niatku pun muncul untuk segera menikahi Nina agar tidak terjadi fitnah, namun kondisi Nina semakin memburuk. Dia selalu mengigau memanggil saudari-saudarinya yang dicintainya karena Alloh.....

Melihat hal itu, aku membawanya ke kota Makassar, kampung mama kandung Nina untuk mempertemukannya dengan saudari-saudarinya, Qadarulloh (atas kehendak Alloh), aku tidak berhasil mempertemukan mereka. Yang ada kondisi Nina semakin parah dan penyakitku juga tiba-tiba kambuh sehingga aku pun haus dirawat di rumah sakit. Orang tua Nina datang dan membawanya kembali ke kota Makassar tanpa sepengetahuanku karena pada saat itu aku juga diopname.

Di kota Makassar, Nina diawasi dengan ketat oleh papanya, karena papa Nina kurang suka dengan akhwat, apalagi yang bercadar. Rumah sakit dan rumah yang ditempati Nina dirahasiakan. Dan Nina pun tak tahu di manakah ia berada. Karena kondisinya masih lemah, diapun tak bisa berbuat apa-apa, bahkan ia kadang dibius, apalagi ketika akan dipindahkan dari satu tempat ke tempat yag satunya agar tidak tahu di mana keberadaaannya, karena papanya tidak ingin ada akhwat yang menjenguk Nina. Sampai HPnya pun diambil dari Nina.

Namun, karena Nina masih mempunyai HP yang ia sembunyian dari papanya, sehingga beberapa kali Nina berusaha kabur untuk menemui saudari-saudarinya, akhirnya Nina dikurung di dalam kamar. Mendengar hal itu, aku langsung menyusul Nina ke Makassar dan aku sempat bicara dengannya dari balik pintu. Nina menyuruhku untuk menemui seorang ustadz di sebuah masjid di kota itu. Dari pertemuanku dengan ustadz tersebut aku pun diajak ta’lim beberapa hari dan aku menginap di sana.

Papa Nina menyangka Nina telah mengusirku sehingga ia pun dimarahi. Setibanya di rumah, aku jelaskan duduk perkaranya kepada papa Nina, bahwa ia tidak bersalah dan aku mengatakan agar pernikahan kami dipercepat.

Hari Kamis, 24 November 2006. Kami melangsungkan pernikahan dengan sangat sederhana. Acara tersebut Cuma dihadiri oleh orangtua kami beserta dua orang rekanan papa. Setelah akad nikah aku langsung mengantar ustadz sekalian shalat dhuhur.
Betapa senangnya hatiku, akkhirnya aku bisa merasakan cinta yang tulus karena Alloh. Semoga kami bisa membentuk keluarga sakinah mawaddah, wa rahmah dan senantiasa dalam ketaatan kepada Alloh.....Itulah doaku saat itu.
Sepulang dari mengantar ustadz, perasaan bahagia itu seakan buyar mendapati Nina yang baru saja menjadi istriku tergeletak di lantai, dari hidung dan mulutnya kembali berlumuran darah. Dan tangannya terlihat ada goresan. Kami langsung membawanya ke rumah sakit, diperjalanan, kondisi Nina terlihat sangat lemah. Terdengar suaranya memanggilku dan berkata agar aku harus tetap di jalan yang diridhai-Nya sambil memegang erat tanganku dengan tulus, air mataku tak tertahankan melihat keadaan Nina yang terus berdzikir sambil menangis.....Dia juga selalu menanyakan saudari-saudarinya dimana ?

Setibanya di rumah sakit, aku bertanya-tanya kenapa tangan Nina tergores. Aku pun menulis SMS kepada saudari-saudari Nina. Ternyata, tangan Nina tergores ketika hendak menemui saudari-saudainya dengan keluar dari kamar. Karena pintu kamar terkunci, Nina ingin keluar melalui jendela sehingga menyebabkan tangannya tergores. Nina tak kunjung sadar hingga larut malam, aku pun tertidur dan tidak menyadari kalau Nina bangkit dari tempat tidurnya. Dia ingin sekali menemui saudari-saudarinya dan dia tidak menyadari kalau hari telah larut malam. Dia Cuma berkata, “Pengin ketemu saudariku karena sudah tak ada waktu lagi.” Berhubung Nina masih lemah, dia pun jatuh pingsan setelah bebrapa saat melangkah.

Aku benar-benar kaget dan bingung mau memanggil dokter tapi tidak ada yang menemani Nina. Akhirnya, aku menghubungi salah seorang saudarinya untuk menemani. Setelah aku dan dokter tiba, Nina sudah tidak bernafas dan bergerak lagi. Pertahananku runtuh dan hancurlah harapanku melihat Nina tidak lagi berdaya.... Dokter menyuruhku keluar. Pada saat itu kukira Nina telah tiada, makanya aku segera menulis SMS kepada saudari Nina untuk memberitahu bahwa Nina telah tiada. Namun begitu dokter keluar, masya Alloh !

Denyut jantung Nina kembali beredetak dan ia dinyatakan koma. Aku hendak memberi kabar kepada saudari Nina tapi baterai HP-ku habis dan tiba-tiba penyakitku pun kambuh lagi sehingga aku harus diinfus juga.....

Jam 11.30, perasaanku mengatakan Nina memangilku, maka aku segera bangkit dari tempat tidur dan melepas infus dari tanganku menuju kamar Nina. Kutatap wajah Nina bersamaan dengan kumandang adzan shalat Jum’at. Sembari menjawab adzan, aku terus menatap wajah Nina berharap dia akan membuka matanya.

Begitu lafadz laa ilaaha illallah, suara mesin pendeteksi jantung berbunyi, menandakan bahwa Nina telah tiada. Aku berteriak memanggil dokter, tapi qadarulloh istriku sayang telah pergi untuk selama-lamanya dari dunia ini. Nina langsung dimandikan dan dishalatkan selepas shalat Jum’at, lalu diterbangkan ke rumah papanya di Malaysia. Untuk terakhir kalinya kubuka kain putih yang menutupi wajah Nina. Wajahnya terlihat berseri.....
Aku harus merelakan semua ini, aku harus kuat dan menerima takdir-Nya. Teringat kata-kata Nina, “Berdoalah jika memang Alloh memangilku lebih awal dengan doa, “Ya Alloh, berilah kesabaran dan pahala dari musibah yang menimpaku dan berilah ganti yang lebih baik.”
Setelah pemakaman, aku langsung balik ke Jakarta karena kondisiku yang kurang stabil...Astaghfirullah !!! aku lupa memberitahu saudari-saudari Nina. Mungkin karena aku terlalu larut dalam kesedihan, hingga secara spontanitas aku menghubungi mereka dan menyampaikan bahwa Nina benar-benar talah tiada. Aku tahu pasti, mereka pasti sedih dengan kepergian saudari mereka yang mereka cintai karena Alloh. Dari ketiga saudari Nina, ada seorang yang tidak percaya dan sepertinya dia sangat membenciku. Entah, mengapa sikapnya seperti itu ?

Sekiranya mereka tahu, bahwa sebelum kepergiannya, Nina selalu memanggil nama mereka, tentulah mereka semakin sedih. Dalam HP Nina terlihat banyak SMS yang menunjukkan betapa indahnya ukhuwah dengan saudari-saudarinya. Semoga saudari-saudari Nina memaafkan kesalahannya dan kesalahan diriku pribadi.

“Salam sayang dari Nina tu kakak Rini, Sakinah, dan Aisyah serta akhwat di Makassar. Teruslah berjuang menegakkan dakwah ilallah. Syukran atas perhatian kalian....”

*****
Tak beberapa lama setelah kisah ini dimuat di Media Muslim Muda Elfata, redaksi Elfata menerima SMS dari seorang ukhti, saudari Nina. Isi SMS tersebut adalah, “Afwan , mungkin perlu Elfata sampaikan kepada pembaca mengenai kisah ‘Akhirnya Cintaku Berlabuh karena Alloh’ di mana Kak Nina telah meninggal dan kini Kak Adhit pun telah tiada. Kurang lebih 2 pekan (Kak Adhit –red) dirawat di rumah sakit karena penyakit pada paru-parunya. Sebelum sempat dioperasi, maut telah menjemputnya. Ana menyampaikan hal ini karena masih banyak yang mengirim salam, memberi dukungan ke Kak Adhit yang kubaca di Elfata dan beberapa orang yang kutemui di jalan juga selalu bertanya, Kak Adhit bagaimana ? Ana salah satu ukhti dalam cerita tersebut...Syukran.”

PERCIK RENUNGAN

Subhanalloh ! Kisah Adhit dan Nina di atas dapat kita jadikan sebuah cermin untuk berkaca. Renungkanlah keteguhan Nina untuk tak meladeni tawaran cinta asmara yang tak terselimuti indahnya syariat. Padahal Nina adalah seorang yang sedang membutuhkan dukungan, pertolongan, dan sandaran bahu tempat menangis. Nina berprinsip, meski dalam situasi sesulit apapun, kemurnian syariat tetap harus dijaga dan diamalkan.

Gelombang kesulitan tak harus menjadikan kita surut dalam berkonsisten dengan syariat ini. Bahkan bisa jadi kesulitan demi kesulitan yang kita alami menjadi parameter seberapa jauh kita telah mengamalkan ajaran agama ini. Di lain sisi, ketidaktahuan seseorang akan syariat ini seringkali menjadikan pelakunya bertindak tanpa adanya rambu-rambu yang telah dicanangkan agama.

Namun, bisa jadi ketidaktahuan akan syariat ini menjadi titik awal seseorang merasakan indahnya agama dan manisnya iman sebagaimana yang terjadi pada Adhit, ikhwan yang menceritakan kisahnya ini. Semoga Alloh merahmati mereka, menerima ruh mereka berdua dan
menjadikan mereka berdua termasuk hamba-hamba-Nya yang shalih yang dijanjikan surga-Nya. Amiin.

Sumber:
Kumpulan KISAH NYATA UNGGULAN Majalah ELFATA ‘Seindah Cinta ketika Berlabuh’, 2008, FAtaMeDia
Share By: http://www.uhibbukumfillah.co.cc/

Kegombalan di Kalangan Aktivis Dakwah

Hal yang sangat menarik salah satunya adalah menyimak romantika di dunia aktivis dakwah. Di antara sebegitu banyak yang memiliki komitmen perjuangan, ada juga beberapa yang suatu saat kadang tergelincir pada jebakan interaksi ikhwan-akhwat. Karena memiliki amanah yang sama, sesama pengurus harian lembaga, atau berada dalam satu bidang, bisa juga dalam satu kepanitiaan, membuat interaksi kerja menjadi lebih intens.

Intensitas hubungan kerja itu suatu saat dapat menumbuhkan benih-benih simpati atau bahkan cinta di antara ikhwan dan akhwat. Hal ini bisa jadi fenomena yang wajar, karena cinta kepada lawan jenis itu fitrah manusia, katanya. Tapi meski fitrah, tetap aja ada resikonya, terutama pada keikhlasan beramal, sehingga bila ada bibit riya’ dan ujub bisa menghanguskan pahala yang seharusnya didapat. Namun jika ternyata tidak dapat mencegah adanya perasaan seperti itu, ya harus berusaha menjaga keikhlasan, dan tetap simpati (simpan dalam hati). Apabila perasaan itu telah mewujud pada realisasi amal, baik lisan maupun perbuatan, maka tak ayal akan terjadi juga gombalisasi di sini.

Sering seseorang ingin mengekspresikan atau menyampaikan perasaannya yang sedang membuncah karena cinta. Bagi aktivis dakwah, hal seperti ini mustinya disimpan rapat-rapat dalam lubuk hatinya, jangan sampai si “dia” memergoki adanya perasaan itu. Gengsi dong!! Namun suatu saat pertahanan itu bisa jebol manakala perasaan itu makin menjadi-jadi sedang keimanan dalam kondisi menurun. Maka lahirlah sebentuk perhatian pada si “dia”, baik berupa nasehat, tausiyah, pujian, menanyakan sesuatu (baik tanya beneran atau pun pura-pura bertanya hayoo…) atau sekadar menanyakan kabar. Entah itu lewat SMS, telpon, saat chatting, via e-mail … bisa juga dalam rapat koordinasi. (Aku banget nih, Astagfirullah...)

Dari pengamatan, yang paling banyak terjadi adalah adanya gombalisme via SMS, kita sebut saja sebagai SMS gombal. Kita simak contoh SMS-SMS ini….
“Aslm. Apa kbr? Ukhti, ana sungguh kagum dgn semangat anti. Amanah anti di mana-mana namun semuanya bisa tetap tawazun. Anti benar-benar mujahidah tangguh. Tetep semangat ya Ukhti!”

“Salut sama Ukhti! Anti sungguh militan. Hujan deras seperti itu datang rapat dgn jalan kaki. Jaga kesehatan ya. Ana nggak rela klo Anti sampai jatuh sakit…”

Akhwat: “Aww. Apa kabar? Akhi, sedang ngapain nih? Sudah makan belum? Jangan sampai lupa makan ya..
Ikhwan: “Www. Alhamdulillaah, menjadi jauh lebih baik setelah Anti SMS ^_^. Ane sedang memikirkan seorang bidadari dunia yang begitu anggun mempesona. Hmm… ane belum makan, tapi dah gak terasa lapar klo ingat sama Anti…
(Halah… gombal semua tuh!!!)

Ada yang lebih parah nih … kayak gini:
Aww. Wah .. Anti makin terlihat anggun dengan jilbab biru tadi…

Assalaamu ‘alaikum. Apa kbr? Lama nggak kontak ya. Ane kangen ma suara Anti…

… Ane janji akan menikahi Anti setelah lulus nanti ….

Oh .. NOOOOOOOOOOOO!! Aneh-aneh aja isi SMS-nya. Mungkin lebih banyak lagi SMS-SMS aneh lainnya yang belum terdeteksi. Hmm.. bagaimana reaksi si penerima? Ya bervariasi, ada yang cuek saja, ada yang merasa risih, ada yang membalas biasa, ada yang bertanya-tanya bin penasaran, ada juga yang suka dan berbunga-bunga, ada yang kemudian menaruh harapan. Kita simak penggalan berikut…

Pada dini hari sekitar pukul dua pagi, suara berisik nada SMS membangunkan seorang akhwat dari perjalanan tidurnya. SMS dari siapa nih malam-malam gini, pikirnya. Serta merta dia buka SMS-nya, hah… dari seorang ikhwan, bunyinya:
Wahai Ukhty, segera terjagalah dari mimpi indahmu, bangunlah dari peraduanmu, basuhlah wajah dan anggota tubuhmu agar bersinar di hari kemudian, bersujud dan bersimpuhlah kepada Allah, agungkanlah Asma-Nya. Niscaya Allah akan meridhoi langkah kita dan mengabulkan cita dan harapan kita.

Sang akhwat tertegun, ngapain malam-malam begini si ikhwan itu ngirim SMS, kurang kerjaan aja. Dasar, sok perhatian! Namun tanpa sadar jari-jari lentik akhwat itu mengetik balasan:
Jazakallah khairan, Akh. Jangan kapok tuk sering ngingetin ane ya…
Nah lo!!

Coba dirasa-rasakan, apa SMS-SMS semacam itu tidak beresiko? Bagus sih sepertinya, membangunkan untuk sholat tahajud … tapi efek sampingnya bisa menimbulkan penyakit-penyakit hati. Bikin merajalelanya VMJ (Virus Merah Jambu). Waa.. kalau virus yang satu ini menyebar, bisa repot. Sulit nyari vaksin atau anti virusnya.

Makanya… ingat, penyebab awal perlu dicegah, yakni adanya gombalisasi. Kalau si gombal dah nyebar, maka sedikit banyak korban bisa berjatuhan. Baik ‘lecet-lecet’ ringan maupun ‘luka’ berat. Bahkan nanti gak hanya berdampak pada hati, tapi juga fisik. Lha bayangin aja … kalau jadi gak enak makan, gak nyaman tidur karena tiap mau makan .. ingat dia, mau tidur … ingat dia, mau ngapain aja ingat dia, apa gak lama-kalamaan bisa kurus tuh? Trus …siapa korbannya? Siapa lagi kalau bukan kaum wanita/akhawat. Mestinya paham dong gimana fitrah perasaan mereka. Mereka seneng dan suka bila diberi perhatian … bisa berbunga-bunga hatinya. Dan tipe cinta mereka (kebanyakan) adalah jatuh cinta sekali yang dibawa sampai mati, kayak Nurul dalam novel AAC itu loh… Trus mereka juga mudah berharap. Nah tuh … coba pikir kalau sampai mereka jatuh cinta, kemudian sampai berharap. Jika kemudian cinta dan harap itu tidak kesampaian, apa nggak sakiiiit banget nanti? Apa tega, mendholimi mereka seperti itu?

So, khususnya bagi para ikhwan, jaga diri, jaga hati, jaga gengsi. Jangan asal kirim SMS, lebih-lebih SMS gombal bin murahan. Juga .. jangan asal balas SMS, apalagi dengan SMS gombal. Ini nih contoh balasan yang ngegombal….
Akhwat : “Ane pengin rihlah, ke syurga …
Ikhwan : “Ukhty, ke mana pun Anti mau pergi, saya akan bersedia menemani, meski taruhannya jiwa ini …” (He..he..he.. peace Ukhti ^_^ )

Nah!! Dasar gombal! Jaga gengsi dong. Ini nih…. Barisan kata berikut mungkin bisa menggambarkan ikhwan yang nggak mau nggombal.

Karena Aku Mencintaimu
Wahai Ukhty…Karena aku mencintaimu, maka aku ingin menjagamuKarena aku mencintaimu, aku tak ingin terlalu dekat denganmuKarena aku mencintaimu, aku tak ingin menyakitimu
Karena cintaku padamu,Tak akan kubiarkan cermin hatimu menjadi buramTak akan kubiarkan telaga jiwamu menjadi keruhTak akan kubiarkan perisai qolbumu menjadi retak, bahkan pecah
Karena cinta ini,Ku tak ingin mengusik ketentraman batinmu,Ku tak ingin mempesonamu,Ku tak ingin membuatmu simpati dan kagum,Atau pun menaruh harap padaku.
Maka biarlah…Aku bersikap tegas padamu,Biarlah aku seolah acuh tak memperhatikanmu,Biarkan aku bersikap dingin,Tidak mengapa kau tidak menyukai aku,Bahkan membenciku sekali pun, tidak masalah bagiku….
Semua itu karena aku mencintaimu,Demi keselamatanmu,Demi kemuliaanmu.
So, sekali lagi bagi para ikhwan, jangan jualan gombal, jangan obral janji. Gak usah deh sok perhatian, terlebih lagu bilang suka atau cinta. Bisa fatal tuh akibatnya! Mau jadi orang dholim?? Tegaskan semenjak sekarang, hal seperti itu tabu kalau belum nikah. Kalau dah nikah sih … puas-puasin aja bilang cinta seratus kali sehari ama istrinya. Sampai dhower deh, terserah! ^_^

Bagi para akhwat, hati-hati binti waspada Ukh … jangan mudah digombali. Jangan percaya dengan kata-kata suka, cinta atau janji-janji. Jangan mudah menambatkan hati, jangan mudah berharap. Stay cool, calm, confident. Perisai izzahmu harus tetap kokoh. Antunna tidak suka terombang-ambing kan? Antunna lebih suka pada kepastian kan? Makanya jangan sampai semua itu terjadi sebelum ada hal yang konkrit, sebelum ada kepastian. Hal konkrit itu adalah, si ikhwan mengkhitbah Antunna dengan datang ke orang tua Antunna. Itu … baru deh, oke. Waspadalah …waspadalah …

SO SEMUANYA …. WASPADAI ARUS GOMBALISASI!!!

(Afwan jiddan jika ada yang tersinggung…!!!! Just intermezzo… ^__^)

Oh Akhwat

Oh… AkhwatWanita anggun pembasmi maksiatBusananya rapi menutup auratPaling anti pake pakaian ketatKatanya sich, ini salah satu ciri muslimah yang taat
Oh… AkhwatRajin mengaji dan tahajud dimalam yang pekatAlasannya, biar selamat dunia dan akhiratNgga lupa dia doa dan munajatAgar mendapat teman sejati dalam waktu cepat
Oh… AkhwatAktivitasnya begitu padatKuliah, organisasi sampe-sampe sehari 3 x ngikutin rapatAda juga yang ngajar TPA dan ngajar privatDemi Allah, semua dilakukan dengan semangat
Oh… AkhwatTapi hari ini kok seperti kurang sehat?Badan lesu dan muka keliatan pucatJalannya lunglai dibawah terikan matahari yang menyengatOoo.. ternyata dia, magh nya lagi kumat(Abis… waktu sarapan cuma makan sepotong kue donat!)
Oh… AkhwatBanyak juga yang berjerawatDari yang kecil-kecil sampe yang segede tomatPadahal sudah nyobain semua sabun dan juga obat( Sabar… sering wudhu lama2 juga ilang, Wat!)
Oh… AkhwatSering betul kirim SMS buat para sahabatIsinya kalo ngga ngundang syuro, ya.. ngasih tausiyah atau nasihatWalau kadang terasa bikin pulsa ngga’ bisa hemat
Oh… AkhwatSeneng banget kalo makan coklatNggak sadar kalo gigi udah pada berkaratGara-gara sebulan sekali baru disikat(Hiii… jorok nian kau, Wat!)
Oh… AkhwatPaling seru waktu kumpul sesama akhwatNgobrolin dakwah sampe hal-hal yang kadang kurang manfaatApalagi kalau sudah pada saling curhatBisa-bisa air mata mengalir begitu lebat( Wiih, curhat apaan tuh, Wat!)
Oh… AkhwatPaling berani kalo di ajak debatSiap bertahan sampe lawan bicaranya mulai sekarat1 jam.. 2 jam.. 3 jam.. Wuiih dia masih kuat..!4 jam….? Woy berenti…! waktunya sudah masuk sholat..!!
Oh… AkhwatSore-sore makan soto babatMakannya rame-rame bareng temen satu liqo’atMaklum, hari itu ada yang baru punya hajatBaru wisuda… walaupun wisudanya bareng adek2 tingkat
Oh… AkhwatNonton konser Izzis sambil lompat-lompatTak terasa badan mulai capek dan mulai berkeringatSampai nggak sadar kalo ada copet yang mulai mendekat( Tenang…. Si Ukhti kan sudah belajar silat..!!)
Akhwat… Akhwat…Pergi kuliah di hari JumatBuru-buru karena takut datangnya telatPadahal hawa kantuk masih terasa melekatGara-gara Facebookkan tengah malem sampe jam 1 lewat( So.. What gitu Wat ?!)
Oh… AkhwatBanyak yang nggak mau dimadu, apalagi jadi istri ke empat( Waduh, kalau yang ini ane nggak berani nerusin, Wat!)
Oh… AkhwatMau lebaran bantuin ibu buat ketupatHati gembira karena mau ketemu sanak kerabatTapi kesel saat ditanya… Lebaran ini masih sendiri, Wat?
Oh… AkhwatBerharap sang pengeran datang tidak terlambatUntuk menjemput ke hidup baru yang penuh rahmatNamun apa daya saat proses ta’aruf jadi tersendatGara-gara sang Ikhwan, malah akhirnya ngurungin niat( Huuu.. reseh banget tuh Ikhwan, Wat!)
Oh… AkhwatMasih Banyakkah yang seperti Fatimah Binti Muhammad?Yang memilih pendamping bukan kerena harta, tahta dan martabatAtau hanya tertarik pada gemerlap dunia yang sesaatTapi… Agama dan Akhlak itulah yang ia lihatWah.. kalau ada… ane pesen satu Wat! *peace*( Please dong akh, Wat! )
Oh… AkhwatHidup memang tak selamanya nikmatKadang ringan kadang juga terasa beratTapi teruslah Istiqomah kau di setiap saatKarena engkaulah…. Bidadari Harapan Ummat!
Maap ya.. Wat!Kalau ada kata-kata salah yang didapatMaklum, yang buat bukannya AkhwatUdah dulu ya.. yang buat matanya udah 5 Watt!
HIDUP AKHWAT!!!
Sumber: http://www.facebook.com/note.php?note_id=335773828169Share By: Naufal Bin Abdullah

Temanku .... Laa tahzan ... Don't be sad

Kepada temanku yang sedang dirundung duka lara dan sedih yang berkepanjangan ...
Laa tahzan ... Don't be sad ....
Aku pun pernah merasakan apa yang sedang engkau hadapi ...
Yah ... FITNAH WANITA ... fitnah yang membikin semua pria dewasa pusing tujuh keliling ...
Ketika wanita yang menutup aurat syar'i adalah sesuatu yang jarang kita jumpai ...
Dimana-mana akan kita lihat bagian-bagian yang seharusnya terlarang menjadi tersingkap ...
Maka menundukkan pandangan pun menjadi sesuatu yang berat sekali rasanya ...
Sampai kapan ini akan terjadi ... ?
Wahai temanku ... solusi paling ampuh sekarang ini adalah MENIKAH ...
Itulah jalan keluar bagimu ... untuk meredam gejolak syahwatmu yang menggelora ...
Aku tahu ... engkau pasti akan menjawab : "Aku belum mampu ..."
Baiklah ... semoga KABAR GEMBIRA berikut ini akan menjadi sebuah motifasi yang akan menguatkan tekatmu untuk meraih cita-citamu ...

Rasulullah shollallahu’alaihiwasallam bersabda:

ثَلاَثَةٌ حَقٌّ عَلَى اللَّهِ عَوْنُهُمُ الْمُجَاهِدُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَالْمُكَاتَبُ الَّذِى يُرِيدُ الأَدَاءَ وَالنَّاكِحُ الَّذِى يُرِيدُ الْعَفَافَ

“Tiga golongan manusia yang layak untuk ditolong oleh Allah:
1. Seorang pejuang (mujahid) di jalan Allah
2. Seorang budak yang berjanji menebus dirinya dengan niat ia akan memenuhi tebusannya
3. Orang yang menikah agar dapat menjaga dirinya.”
(HR. At Tirmidzy dan ia menyatakan: Hadits ini adalah hadits hasan lagi shahih, dan diriwayatkan juga oleh Ibnu Hibban, Al Hakim dan dihasankan oleh Al Albany)

SEMOGA ALLAH MENOLONGMU DAN MEMUDAHKANMU ATAS NIAT BAIKMU KARENA INGIN MENJAGA DIRIMU DARI PERBUATAN ZINA ...

Allah Ta'ala berfirman :

وَأَنْكِحُوا الأيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. AN-Nuur : 32)

SEMOGA ALLAH MENOLONGMU DENGAN KARUNIANYA DAN MEMBERIKAN KECUKUPAN BAGIMU ...

Dan yang terakhir .... BEKERJALAH semampumu .... asalkan halal dan baik ...
Karena sebaik-baik harta adalah dari hasil keringatnya sendiri ...
Mulailah lepaskan ketergantungan kepada orang lain ... menuju kemandirian ...
Bukankah para Nabi pun bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya ...?

مَا كَسَبَ الرَّجُلُ كَسْبًا أَطْيَبَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang melakukan pekerjaan yang lebih mulia melebihi pekerjaan yang merupakan hasil jerih payah tangannya sendiri". (HR. Ibnu Majah, lihat Shahih Ibnu Majah 2129, Shahih at-Targhib wat Tarhib 1685)

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ ، وَإِنَّ نَبِىَّ اللَّهِ دَاوُدَ - عَلَيْهِ السَّلاَمُ - كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang makan makanan yang lebih baik dari makanan hasil jerih payah tangannya sendiri. Sesungguhnya Nabi Dawud 'alaihis salam makan dari hasil jerih payah tangannya sendiri". (HR. Al-Bukhary)

Wallaahu a'lamu bish shawaab
Sumber: Catatan Ahmad Fajar Qomarudin

Renungan Buat Sang Suami

Adakah istri yang tidak cerewet? Sulit menemukannya. Bahkan istri Khalifah sekaliber Umar bin Khatab pun cerewet.
Seorang laki-laki berjalan tergesa-gesa. Menuju kediaman khalifah Umar bin Khatab. Ia ingin mengadu pada khalifah; tak tahan dengan kecerewetan istrinya. Begitu sampai di depan rumah khalifah, laki-laki itu tertegun. Dari dalam rumah terdengar istri Umar sedang ngomel, marah-marah. Cerewetnya melebihi istri yang akan diadukannya pada Umar. Tapi, tak sepatah katapun terdengar keluhan dari mulut khalifah. Umar diam saja, mendengarkan istrinya yang sedang gundah. Akhirnya lelaki itu mengurungkan niatnya, batal melaporkan istrinya pada Umar.
Apa yang membuat seorang Umar bin Khatab yang disegani kawan maupun lawan, berdiam diri saat istrinya ngomel? Mengapa ia hanya mendengarkan, padahal di luar sana, ia selalu tegas pada siapapun?
Umar berdiam diri karena ingat 5 hal. Istrinya berperan sebagai BP4. Apakah BP4 tersebut?

1. Benteng Penjaga Api Neraka

Kelemahan laki-laki ada di mata. Jika ia tak bisa menundukkan pandangannya, niscaya panah-panah setan berlesatan dari matanya, membidik tubuh-tubuh elok di sekitarnya. Panah yang tertancap membuat darah mendesir, bergolak, membangkitkan raksasa dalam dirinya. Sang raksasa dapat melakukan apapun demi terpuasnya satu hal; syahwat.
Adalah sang istri yang selalu berada di sisi, menjadi ladang bagi laki-laki untuk menyemai benih, menuai buah di kemudian hari. Adalah istri tempat ia mengalirkan berjuta gelora. Biar lepas dan bukan azab yang kelak diterimanya Ia malah mendapatkan dua kenikmatan: dunia dan akhirat.
Maka, ketika Umar terpikat pada liukan penari yang datang dari kobaran api, ia akan ingat pada istri, pada penyelamat yang melindunginya dari liukan indah namun membakar. Bukankah sang istri dapat menari, bernyanyi dengan liukan yang sama, lebih indah malah. Membawanya ke langit biru. Melambungkan raga hingga langit ketujuh. Lebih dari itu istri yang salihah selalu menjadi penyemangatnya dalam mencari nafkah.

2. Pemelihara Rumah
Pagi hingga sore suami bekerja. Berpeluh. Terkadang sampai mejelang malam. Mengumpulkan harta. Setiap hari selalu begitu. Ia pengumpul dan terkadang tak begitu peduli dengan apa yang dikumpulkannya. Mendapatkan uang, beli ini beli itu. Untunglah ada istri yang selalu menjaga, memelihara. Agar harta diperoleh dengan keringat, air mata, bahkan darah tak menguap sia-sia Ada istri yang siap menjadi pemelihara selama 24 jam, tanpa bayaran.
Jika suami menggaji seseorang untuk menjaga hartanya 24 jam, dengan penuh cinta, kasih sayang, dan rasa memiliki yang tinggi, siapa yang sudi? Berapa pula ia mau dibayar. Niscaya sulit menemukan pemelihara rumah yang lebih telaten daripada istrinya. Umar ingat betul akan hal itu. Maka tak ada salahnya ia mendengarkan omelan istri, karena (mungkin) ia lelah menjaga harta-harta sang suami yang semakin hari semakin membebani.

3. Penjaga Penampilan
Umumnya laki-laki tak bisa menjaga penampilan. Kulit legam tapi berpakaian warna gelap. Tubuh tambun malah suka baju bermotif besar. Atasan dan bawahan sering tak sepadan. Untunglah suami punya penata busana yang setiap pagi menyiapkan pakaianannya, memilihkan apa yang pantas untuknya, menjahitkan sendiri di waktu luang, menisik bila ada yang sobek. Suami yang tampil menawan adalah wujud ketelatenan istri. Tak mengapa mendengarnya berkeluh kesah atas kecakapannya itu

4. Pengasuh Anak-anak
Suami menyemai benih di ladang istri. Benih tumbuh, mekar. Sembilan bulan istri bersusah payah merawat benih hingga lahir tunas yang menggembirakan. Tak berhenti sampai di situ. Istri juga merawat tunas agar tumbuh besar. Kokoh dan kuat. Jika ada yang salah dengan pertumbuhan sang tunas, pastilah istri yang disalahkan. Bila tunas membanggakan lebih dulu suami maju ke depan, mengaku, ?akulah yang membuatnya begitu.? Baik buruknya sang tunas beberapa tahun ke depan tak lepas dari sentuhan tangannya. Umar paham benar akan hal itu.

5. Penyedia Hidangan
Pulang kerja, suami memikul lelah di badan. Energi terkuras, beraktivitas di seharian. Ia butuh asupan untuk mengembalikan energi. Di meja makan suami Cuma tahu ada hidangan: ayam panggang kecap, sayur asam, sambal terasi dan lalapan. Tak terpikir olehnya harga ayam melambung; tadi bagi istrinya sempat berdebat, menawar, harga melebihi anggaran. Tak perlu suami memotong sayuran, mengulek bumbu, dan memilah-milih cabai dan bawang. Tak pusing ia memikirkan berapa takaran bumbu agar rasa pas di lidah. Yang suami tahu hanya makan. Itupun terkadang dengan jumlah berlebihan; menyisakan sedikit saja untuk istri si juru masak. Tanpa perhitungan istri selalu menjadi koki terbaik untuk suami. Mencatat dalam memori makanan apa yang disuka dan dibenci suami.
Dengan mengingat lima peran ini, Umar kerap diam setiap istrinya ngomel. Mungkin dia capek, mungkin dia jenuh dengan segala beban rumah tangga di pundaknya. Istri telah berusaha membentenginya dari api neraka, memelihara hartanya, menjaga penampilannya, mengasuh anak-anak, menyediakan hidangan untuknya. Untuk segala kemurahan hati sang istri, tak mengapa ia mendengarkan keluh kesah buah lelah.

Umar hanya mengingat kebaikan-kebaikan istri untuk menutupi segala cela dan kekurangannya. Bila istri sudah puas menumpahkan kata-katanya, barulah ia menasehati, dengan cara yang baik, dengan bercanda. Hingga tak terhindar pertumpahan ludah dan caci maki tak terpuji.
Akankah suami-suami masa kini dapat mencontoh perilaku Umar ini. Ia tak hanya berhasil memimpin negara tapi juga menjadi imam idaman bagi keluarganya.
WallahuAlam.
Sumber: http://www.facebook.com/notes.php?id=301729376267