Selasa, 28 Februari 2012

MAKHLUK HALUS

Menghadapi ‘MAKHLUK HALUS’ tidak semudah yang dibayangkan, apalagi jika tidak mempunyai keilmuan yang mapan.

Seorang suami dituntut untuk mampu mengayomi keluarganya, jadi dibutuhkan banyak ilmu guna mempertahankan dan menyelaraskan keluarganya.

YA, ‘MAKHLUK HALUS’ itu adalah seorang istri. Selalu bersikap aneh, tiba-tiba saja cemberut, atau marah-marah, dan bahkan tak disangka-sangka tiba-tiba menangis. “GA DA ANGIN, GA DA HUJAN”.... tiba-tiba saja seperti itu...

Hmm... Kenapa kau istriku? Aneh sekali...

Aku bingung menghadapimu... Kau memang ‘MAKHLUK HALUS’ yang aneh...

Tapi... Aku akan berusaha memahamimu, karena aku sebagai kepala keluarga, aku harus menjadi pengayom untuk masa depan kita di akhirat.

========================

ISTRIKU... KENAPA KAU MENANGIS?

Suamiku... Tadi siang aku melihat tetangga sebelah kita diberi daging Qurban oleh tetangga kita lain yg berqurban, yang lain dibagi, kenapa kita tidak? Tidak nyaman Qalbu ini...

ISTRIKU, kita kan sudah punya bagian dari mesjid, jangan mengharap pemberian dari yang lain, mudah-mudahan kita bisa Qurban tahun depan. Tapi dari sekarang kita BELAJAR MEMBERI, meskipun hanya ‘SAYUR ASEM’ atau ‘SAYUR LODEH’ yang kita bagikan kepada tetangga terdekat kita terlebih dahulu.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Apabila kamu masak sayuran, maka perbanyaklah airnya dan perhatikanlah tetangga-tetanggamu”. [HR. Muslim, dari Abu Dzar r.a.]

========================

ISTRIKU... KENAPA KAU MENETESKAN AIR MATA?

Suamiku... Gigiku SAKIT, perutku panas, sembelit, pusing-pusing, dan rasanya pengen muntah... sakiiiiiit banget, ya Allah... kenapa ini?

Sudah berapa kali makan daging Qurban istriku?

Dari pagi sampai sore ini SUDAH 6 KALI, gulai, rendang, sate, dan lain-lain...

ISTRIKU... ISTRIKU...
Dagingnya direbus hingga empuk supaya ‘ga sakit pada gigi yang keropos, trus jangan terlalu makan banyak-banyak sampai susah beraktivitas apalagi sampe sembelit.

Bukankah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Seorang Muslim makan dengan satu perut, sedangkan orang kafir makan dengan tujuh perut”. [HR. Bukhari, dari Abu Hurairah]

Dan terdapat darinya Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dengan sabdanya: “Kami kaum yang tidak pernah makan sebelum kami lapar dan apabila makan kami tidak sampai kenyang”. [Minhaju al-Muslim, hal 108]

Jadi, kita makan sewajarnya saja ya... karena banyak hal yang harus kita kerjakan untuk menjalankan kewajiban kita di dunia sebagai hamba-Nya.

========================

ISTRIKU... KENAPA KAU MENANGIS? APA ‘SAKIT GIGI’ LAGI?

Bukan suamiku... sekarang bukan gigi lagi yang sakit, tapi... HATI ini yang sakit. Ya Allah... Tak kuasa menahannya.

Kenapa SAKIT HATI? Apa ada orang yang membuat HATI-mu terluka istriku?

IYA suamiku... ada yang membuat hatiku terluka. Aku mendengar tetangga sebelah sedang menggunjingku, membicarakan kejelekanku, padahal aku tidak melakukan hal itu... mereka salah paham. Aku SAKIT HATI suamiku... BENER-BENER SAKIT HATI... Aku pengen membalasnya...

Eeitt... Jangan seperti itu istriku...
Kau jangan membalasnya, jika kau membalasnya berarti kau menyakitinya juga, bukankah disakiti itu tidak enak?

Bukankah ada beberapa Hadits yang menganjurkan kita supaya MEMPERHATIKAN TETANGGA KITA DAN JANGAN MENYAKITI HATINYA?!

Hmm...
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Jibril a.s, tidak henti-henti mewasiatiku (supaya BERBUAT BAIK) KEPADA TETANGGA sehingga aku mengira sesungguhnya ia akan mewarisiku”. [HR. Bukhari, dari Ibnu ‘Umar r.a]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka ia TIDAK BOLEH MENYAKITI TETANGGANYA”. [HR. Bukhari, dari Abu Hurairah]

BERBUAT BAIK TERHADAP TETANGGA, itu pilihan terbaik istriku...

Allah Ta’ala berfirman:
“Dan sembahlah oleh kalian Allah dan janganlah menyekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, TETANGGA YANG DEKAT DAN TETANGGA YANG JAUH, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya kalian. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan suka membangga-banggakan diri”. [QS. An-Nisa: 36]

========================

MENANGIS LAGI...
MENANGIS LAGI...

ISTRIKU... KENAPA KAU MENANGIS LAGI?
Apa ada masalah lagi? Jangan katakan kalau kau ‘SAKIT HATI’ atau ‘SAKIT GIGI’ lagi...

Hmm...
Bukan Suamiku... sekarang bukan ‘SAKIT HATI’ atau ‘SAKIT GIGI’ lagi.... tapi lebih dari itu...

Apa itu?

Sekarang aku menangis karena ‘BAHAGIA’.

‘BAHAGIA’ kenapa?

‘BAHAGIA’ karena mempunyai SUAMI SHALEH sepertimu, yang selalu menghiburku di kala gundahku, yang selalu menemaniku di kala sepiku, dan selalu mengingatkan dan menasehatiku akan kebaikan dan kesabaran di kala aku salah, lupa atau lalai. Aku sangat BAHAGIA tlah memilihmu sebagai SUAMIKU. BAHAGIA BANGET....!!!

Thank you Allah...

ISTRIKU... ISTRIKU...
Kau memang ‘MAKHLUK HALUS’ yang aneh... aku harus lebih memahamimu, untuk kebahagian dan keharmonisan rumah tangga kita.

========================

Aku sangat mencintaimu istriku... ku tak kan biarkan kau jauh dariku... Ku mencintai dan menyayangimu karena Allah, tak kan biarkan kau lepas dari kalimah-Nya, akan ku genggam Kalimah-kalimah Ilahi untuk senantiasa membimbingmu... Membawa keluarga kita menuju Surga-Nya, kita Akan berkumpul di sana bersama-sama.

BISMILLAH...
BISMILLAH...
BISMILLAH...

Aamiin ya Allah ya Rabbal ‘aalamiin

Senin, 27 Februari 2012

Aku Terpaksa Menikah Dengan'y


Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.

Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.

Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.

Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.

Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.

Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.

Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua orangtuaku.

Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.

Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.

“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.

Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”

“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.

Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.

Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku.

Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera.

Lelaki asing itu ternyata seorang polisi, ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.

Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.

Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.

Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.

Saat pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.

Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.

Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.

Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.

Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.

Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.

Istriku Liliana tersayang,

Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.

Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.

Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.

Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!

Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.

Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.

Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.

Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”

Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”

Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”

Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”

Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.

CERMIN DIRI


Tatkala kudatangi sebuah cermin,Tampak sesosok yang sudah lama kukenali,Namun ANEH,Sesungguhnya aku belummengenal siapa yang kulihat.

Tatkala kutatap wajah,hatiku bertanyaapakah wajah ini yang kelak kan bercahaya,bersinar indah di syurga sana?Ataukah wajah ini yang akan hangus legam di neraka Jahanam??

Tatkala kutatap mataku,galau hatiku bertanya...Mata inikah yang akan menatap penuh kelazatan dan kerinduanmenatap Allah,menatap Rasulullah...menatap kekasih Allah kelak??

Ataukah mata ini yang akan terbeliak.melotot,menganga terburaimenatap neraka jahanam...Wahai mata,apa gerangan yang kau tatap selama ini??

Tatkala kutatap mulut,apakah mulut ini yang akanmendesah penuh kerinduan mengucap LAAILAHA ILLALLAHsaat malaikat maut datang menjemput...ataukah menjadi mulut menganga dengan lidah terjelir denganlengking jeritan pilu, yang akan menggugah sendi-sendi setiap pendengar,ataukah menjadi mulut pemakan buah zaqqum Jahanam, yang getir menghunus penghancur usus...

Apa yang engkau ucapkan wahai mulut yang malang?!Berapa banyak hari yang remuk dengan pisau kata-katamu yang menghiris tajam,berapa banyak kata-kata yang manis semanis madu yang engkau ucapkan untuk menipu...?!Betapa jarang engkau jujur,betapa langkanya engkau menyebut nama Tuhanmu dengan tulusbetapa jarangnya engkau syahdu memohon agar Tuhanmu mengampuni segala dosa yang telah kau perbuat?!

Tatkala kutatap tubuhku,apakah tubuh iniyang kelak kan penuh cahaya,bersinar,bersukacita,bercengkerama di syurga sana?Ataukah tubuh yang akan tercabuk-cabuk hancur mendidih di dalam lahar membara Jahanam,terpasung tanpa ampun,derita yang takkan pernah berakhir...

Wahai tubuh,berapa banyak maksiat yang engkau lakukan...?berapa banyak orang yang engkau dzalimi dengan tubuhmu...?berapa banyak hambamu hamba-hamba Allah yang lemahyang engkau tindas dengan kekuatanmu?!

Wahai tubuh,seperti apakah isi gerangan hatimu?Apakah isi hatimu sebagus kata-katamu,atau sebagus daki yang melekat ditubuhmu?Apakah hatimu seindah penampilanmuatau sebusuk kotoranmu?!

Betapa berbeda,apa yang nampak dalam cermin dengan apa yang tersembunyi...Betapa aku telah tertipu...Aku tertipu oleh topeng...Betapa yang kulihat selama ini hanyalah topeng,betapa pujian yang terhambur hanyalah memuji topeng,betapa yang indah ternyata hanyalah memuji topeng...

Sedangkan aku,hanyalah selonggok sampah busuk yang terbungkus...Aku tertipu...Aku malu...Aku tertipu ya Allah...Allah...! Selamatkanlah aku...

Senin, 20 Februari 2012

DI BALIK FENOMENA FACEBOOK


Ketika perpecahan keluarga menjadi tontonan yang ditunggu dalam sebuah episode infotainment setiap hari. Ketika aib seseorang ditunggu-tunggu ribuan mata bahkan jutaan dalam berita-berita media massa. Ketika seorang selebritis dengan bangga menjadikan kehamilannya di luar pernikahan yang sah sebagai ajang sensasi yang ditunggu-tunggu …’siapa calon bapak si jabang bayi?’ Ada khabar yang lebih menghebohkan, lagi-lagi seorang selebritis yang belum resmi berpisah dengan suaminya, tanpa rasa malu berlibur, berjalan bersama pria lain, dan dengan mudahnya mengolok-olok suaminya. Wuiih…mungkin kita bisa berkata, “ya wajarlah artis, kehidupannya ya seperti itu, penuh sensasi. Kalau perlu dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi, aktivitasnya diberitakan dan dinikmati oleh publik.”

Wuiiih…ternyata sekarang bukan hanya artis yang bisa seperti itu, sadar atau tidak, ribuan orang sekarang sedang menikmati aktivitasnya apapun diketahui orang, dikomentarin orang bahkan mohon maaf …’dilecehkan’ orang, dan herannya perasaan yang didapat adalah kesenangan.

Fenomena itu bernama facebook…

Setiap saat para facebooker meng-update statusnya agar bisa dinikmati dan dikomentarin lainnya. Lupa atau sengaja hal-hal yang semestinya menjadi konsumsi internal keluarga, menjadi kebanggaan di statusnya. Lihat saja beberapa status facebook:

Seorang wanita menuliskan “Hujan-hujan malam-malam sendirian, enaknya ngapain ya…?”–kemudian puluhan komen bermunculan dari lelaki dan perempuan, bahkan seorang lelaki temannya menuliskan “mau ditemanin? Dijamin puas deh…”

Seorang wanita lainnya menuliskan “Bangun tidur, badan sakit semua, biasa….habis malam jumat ya begini…” kemudian komen-komen nakal bermunculan…

Ada yang menulis “bete nih di rumah terus, mana misua jauh lagi…”, –kemudian komen-komen pelecehan bermunculan

Ada pula yang komen di wall temannya “ eeeh ini si anu ya …., yang dulu dekat dengan si itu khan? Aduuh dicariin tuh sama si itu…” –lupa kalau si anu sudah punya suami dan anak-anak yang manis

Yang laki-laki tidak kalah hebat menulis statusnya “habis minum jamu nih…, ada yang mau menerima tantangan?’ –langsung berpuluh-puluh komen datang

Ada yang hanya menuliskan, “lagi bokek, kagak punya duit…”

Ada juga yang nulis “ mau tidur nih, panas banget…bakal tidur pake dalaman lagi nih!”

Dan ribuan status-status yang numpang beken dan pengin ada komen-komen dari lainnya.

Hal itu, sadar atau tidak sadar dinikmati oleh indera kita, mata kita, telinga kita, bahkan pikiran kita.

Ada yang lebih kejam dari sekedar status facebook, dan herannya seakan hilang rasa empati dan sensitivitas dari tiap diri terhadap hal-hal yang semestinya ditutup dan tidak perlu ditampilkan.

Seorang wanita dengan nada guyon mengomentarin foto yang baru saja di-upload di albumnya, foto-foto saat SMA dulu setelah berolah raga memakai kaos dan celana pendek…padahal sebagian besar yang di dalam foto tersebut sudah berjilbab

Ada seorang karyawati meng-upload foto temannya yang sekarang sudah berubah dari kehidupan jahiliyah menjadi kehidupan islami, foto saat dulu jahiliyah bersama teman-teman prianya bergandengan dengan ceria.

Ada pula seorang pria meng-upload foto seorang wanita mantan kekasihnya dulu yang sedang dalam kondisi sangat seronok padahal kini sang wanita telah berkeluarga dan hidup dengan tenang

Rasanya hilang apa yang diajarkan seseorang yang sangat dicintai Allah, yaitu Muhammad SAW, Rasulullah kepada umatnya. Seseorang yang sangat menjaga kemuliaan dirinya dan keluarganya. Ingatkah ketika Rasulullah bertanya pada Aisyah r.ha, “ Wahai Aisyah apa yang dapat saya makan pagi ini?” maka Istri tercinta, sang humairah, sang pipi merah Aisyah menjawab “ Rasul, kekasih hatiku, sesungguhnya tidak ada yang dapat kita makan pagi ini”. Rasul dengan senyum teduhnya berkata “baiklah Aisyah, aku berpuasa hari ini”. Tidak perlu orang tahu bahwa tidak ada makanan di rumah rasulullah.

Ingatlah Abdurahman bin Auf r.a mengikuti Rasulullah berhijrah dari mekah ke madinah, ketika saudaranya menawarkannya sebagian hartanya, dan sebagian rumahnya, maka abdurahman bin auf mengatakan, tunjukan saja saya pasar. Kekurangannya tidak membuat beliau kehilangan kemuliaan hidupnya. Bahwasanya kehormatan menjadi salah satu indikator keimanan seseorang, sebagaimana Rasulullah, bersabda, “Malu itu sebahagian dari iman”. (Bukhari dan Muslim).

Dan fenomena di atas menjadi Tanda Besar buat kita umat Islam, hegemoni ‘kesenangan semu’ dan dibungkus dengan ‘persahabatan fatamorgana’ ditampilkan dengan mudahnya celoteh dan status dalam facebook yang melindas semua tata krama tentang Malu, tentang menjaga Kehormatan Diri dan keluarga. Dan Rasulullah SAW menegaskan dengan sindiran keras kepada kita, “Apabila kamu tidak malu maka perbuatlah apa yang kamu mau.” (Bukhari).

Arogansi kesenangan semakin menjadi-jadi dengan tanpa merasa bersalah mengungkit kembali aib-aib masa lalu melalui foto-foto yang tidak bermartabat yang semestinya dibuang saja atau disimpan rapat.

Bagi mereka para wanita yang menemukan jati dirinya, dibukakan cahayanya oleh Allah sehingga saat di masa lalu jauh dari Allah kemudian ter-inqilabiyah, ter-shibghoh, (tercelup dan terwarnai cahaya ilahiyah), hatinya teriris melihat masa lalunya dibuka dengan penuh senyuman, oleh orang yang mengaku sebagai teman, sebagai sahabat.

Maka jagalah kehormatan diri, jangan tampakkan lagi aib-aib masa lalu, mudah-mudahan Allah menjaga aib-aib kita.

Maka jagalah kehormatan diri kita, simpan rapat keluh kesah kita, simpan rapat aib-aib diri, jangan bebaskan ‘kesenangan’, ‘gurauan’ membuat Iffah kita luntur tak berbekas.

Minggu, 19 Februari 2012

Sudahkah Kita mengetahui Siapa Diri Kita?


Rabbi jadikan kami menjadi hamba yang bisa mengenal siapa diri kami

agar kami bisa mengenal siapa Engkau Ya Rabbi agar kami bisa menghambakan diri hanya kepada-Mu

Rabbi jadikan diri kami mengetahui sedang ada dimana?

sehingga kami tidak tersesat dalam menjalani kehidupan beritahukan posisi kami berada agar kami bisa mempersiapkan segalanya dengan baik apakah kami harus melanjutkan atau kami harus keluar agar kami tidak salah dalam memilih kendaraan,agar kami bisa menuju kepada-Mu dengan penuh keyakinan.

Rabbi ingatkan kami dengan tujuan hidup kami/mau kemana hidup ini harus kami arahkan?

sehingga kami tidak salah dalam melangkahkan kaki ini,buatlah kami mengetahui segalanya(kendaraan yang harus kami naiki,jalan yang harus kami lalui,bekal yang harus kami persiapkan,dan rambu-rambu yang harus kami taati)sehingga kami bisa selamat sampai tujuan dengan petunjuk dari--Mu.

Rabbi setelah kami mengetahui siapa diri kami,sedang ada dimana dan akan kemana hidup kami akan kami arahkan(tujuan hidup kami),muliakan kami dengan mengetahui bagaimana seharusnya kami melangkah agar kami tidak salah dan bisa sampai kepada tempat tujuan dengan selamat.

sahabatku yang kucintai karena Alloh :

Dalam hidup ketika kita ingin mencintai,kita harus mengenal dan mengetahui objek yang akan menghantarkan kepada sebuah kecintaan atau pengabdiaan,maka dengan itu semoga kita dibimbing oleh Alloh untuk mengenal diri kita agar kita mengetahui siapa Rabb kita,agar kita bisa mencinta-Nya dengan sepenuh hati sehingga kita layak dicintai oleh-Nya.

man arofa nafsahu faqod arofa Rabbahu"barang siapa mengenal dirinya maka akan menganal siapa Rabb-Nya.

Dalam hidup ketika kita ingin mendapatkan kecintaan yang kita cintai maka kita harus tahu posisi diri kita (sedang ada dimana)apakah kita sudah dekat dengan objek yang kita cintai,apakah kita sudah berada ditempat yang disukai olehnya,agar kita bisa tahu apa yang meski kita lakukan,semoga kita dibimbing untuk mengetahui posisi diri kita.

Dalam hidup kita harus mengetahui tujuan dari perjalanan hidup kita agar kita tidak salah dalam menentukan apa yang akan harus kita lakukan,kalau tujuan hidup kita Mardhotillah /ingin dicintai oleh-Nya,maka kita harus mengetahui kendaraan apa yang harus kita naiki,jalan yang harus kita lalui,rambu-rambu yang harus kita taat.

sahabatku dalam hidup kita harus mengatahui apa yang harus kita lakukan(harus bagaimana kita bertindak) kita ditugaskan oleh Alloh untuk menegakkan amanah yang pernah ditawarkan kepada gunung,bumi dan langit semuanya menolak dan amanah itu kita ambil,maka untuk menjalankan amanah itu diperlukan sesuatu yang bisa mengarahkan agar kita bisa menjalankan amanah dengan benar,jadikan sunnah Rosululloh sebagai pijakan kita dalam menjalankan amanah

sahabatku yang kucintai karena Alloh ;

jadikan Alloh(Mardhotillah) sebagai tujuan hidup kita

jadikan Sunnah Rosululloh sebagai jalan hidup kita

jadikan islam sebagai kendaraannya kita

jadikan Al-quran sebagai rambu-rambu(aturan)hidup kita.

sahabatku semoga kita dapat mengarungi sisa usia ini dengan Rahmat-Nya,

selamat mengarungi dunia yang fana ini,yakinlah bahwa Dia ada didekat kita menemani kita dalam berjuang untuk meraih cinta-Nya,saling mendoakan agar kita bisa selamat dalam mengarunginya agar kita selamat pada tujuan hidup kita.

Ya Allah,

Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta padaMu,

telah berjumpa dalam taat padaMu,

telah bersatu dalam dakwah padaMu,

telah berpadu dalam membela syari’atMu.

Kukuhkanlah, ya Allah, ikatannya.

Kekalkanlah cintanya. Tunjukilah jalan-jalannya.

Penuhilah hati-hati ini dengan nur cahayaMu yang tiada pernah pudar.

Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepadaMu dan

keindahan bertawakkal kepadaMu.

Nyalakanlah hati kami dengan berma’rifat padaMu.

Matikanlah kami dalam syahid di jalanMu.

Sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong. Ya Allah. Amin. Sampaikanlah kesejahteraan, ya Allah, pada junjungan kami, Muhammad, keluarga dan sahabat-sahabatnya dan limpahkanlah kepada mereka keselamatan.

Minggu, 12 Februari 2012

L tahzan



Untuk Yang Sedang Bersedih

Beramalah karena Allah, agar peluhmu tak sia-sia. Jangan kau hentikan amalmu karena banjir airmata kecewa yang menghadang jalanmu. Sesungguhnya Allah tak pernah luput hitungannya. Ia akan meninggikan setiap hamba yang jatuh bangun menyempurnakan pengabdian padaNya.

Wahai jiwa yang sedang layu…

Perpanjanglah sujudmu di malam-malam sunyi. Agar kau tahu bahwa keindahan tetap bersemayam di hati orang-orang yang mendapati cinta Illahi. dan menangislah sepuasnya… ketika hanya ada kau dan Dia. Adukan saja segala resahmu. Sebab dialah yang memiliki jawabnya.

Wahai jiwa yang sedang dirundung kabut…

Jangan pernah berhenti mendengarnya bertutur. Walau ceritanya merobek-robek harapan yang sedang kau tumbuhkan.Terkadang manusia bahkan tak mengenal dirinya sendiri bukan? Dengarlah nasehat seorang bijak, tentang seseorang yang sedang mencari kebahagiaan. Kebahagiaan hanya akan diperoleh dengan banyak memberi.

Untukmu yang sedang luka..

Jangan pernah engkau hentikan lantunan ayat-ayat cinta. Sekalipun suaranya tenggelam tertelan riuh desakan air mata. Kau tak kan pernah tau siapa yang akan terobati dengan lantunanmu. Maka teruskanlah nyanyian sucimu.

Hai pemilik hati yang patah..

“…yang kau sayang selalu saja terbitkan erammu di perihnya hatimu..” Percayalah bahwa cinta dapat ditumbuhkan dimana saja. Jika hati diumpamakan pintu, adalah wajar jika kita mengetuk pintu yang salah. Insya Allah, Kau yang akan menemukan pintumu. Mintakan pada Dia yang Menebar Cinta!

Kawanku yang dicintai Allah..

Hidup ini hanyalah permainan yang harus kita mainkan dengan sungguh-sungguh. Maka, tak ada gunanya berlama-lama dalam duka. Duka yang menahun hanya akan membuatmu buta akan beragam kebahagiaan yang disajikan Allah padamu. Duka yang kau genggam akan membuatmu jauh dari rasa syukur.

Wallahu a’lam bisshowab

Ini untukmu yang sedang bersedih

Dalam rangka menasehati diri sendiri…

Smoga bermanfaat..^_^

Wanita... makhluk yang sangat indah, yang tercipta dari sebuah kuasa yang Maha indah.


Bismillaahir Rahmaanir Rahiim...


Subhanallah, Sungguh Indah Suaramu, Wahai Wanita

Wanita... makhluk yang sangat indah, yang tercipta dari sebuah kuasa yang Maha indah.

Wanita... sesuai dengan kodratnya yang selalu lekat dengan sejuta pesona yang dapat membawa siapapun masuk dalam kefanaan yang terindah.

Wanita... puing kesejatian kemegahan surga yang akan membahagiakan, mendamaikan bahkan melenakan siapapun yang melihat dan kemudian mengenalnya.

Maha suci Allah, sang maha pencipta hambanya yang bernama Wanita.

Keindahan wanita itu salah satunya terpancar dari suaranya. Dan Lekatnya sebuah keindahan suara dalam diri wanita, menjadikan dia lebih dari makhluk yang diberi nama laki- laki.

Canda tawanya yang begitu renyah dan menggemaskan akan menimbulkan rindu bagi hati yang tergoda. Kelembutannya seperti menyihir siapapun yang ikut mendengar. Nada kemaanjaannya, menambah gairah laki- laki untuk semakin melindunginya. Lekuk suaranya, bahkan sampai terbawa dalam hati dan perasaan. Dan Bagai buluh perindu, suara halus mengalun manja menimbulkan ketertarikan bagi siapapun yang telinga mereka menyaksikannya.

Wahai wanita....

Seandainya saja saja kau sadar dengan semua keindahan suaramu dan apapun yang melekat pada dirimu itu. Dan kau tak akan membiarkan kesemuanya terserak dan dinikmati orang yang tidak berhak bagimu dan kemudian seakan terlihat murahan. Lihatlah, betapa sebuah mutiara pasti tak akan terbuang dijalan. Begitu rapi tersimpan dan terbalut dengan iman.

Wahai wanita...

Begitu besar pesona yang terkaruniakan untuk dirimu, sekalipun kau tak menilainya indah. Namun sadarilah, bahwa keindahan itu memanglah ada. Dan keberadaannya bukan hanya sekedar menjadi hadiah untukmu, tetapi pada sisi yang lain, juga menjadi cobaan bagimu. Bahkan Allah subhanahu wata`ala memberi peringatan kepada kaummu, untuk berhati- hati dengan satu sisi kelebihanmu itu, kelembutan suaramu, dengarlah....

`Maka janganlah kalian merendahkan suara dalam berbicara sehingga berkeinginan jeleklah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang ma`ruf.` (Al Ahzab: 32)

Wahai wanita...

Takutlah engkau kepada Allah, dan berhati- hatilah. Bahwa dalam suaramu adalah memang tersimpan sebuah keindahan. Dan keindahan itu akan bermuara dimana, pada kebaikan ataukah maksiat, dirimu sendiri yang menentukan. Jika kau bertanya mengapa harus menghiraukan hal sepele dan remeh yang bernama menjaga suaramu?. Masyaallah, bahkan berapa banyak laki- laki di dunia ini yang sudah terlalu banyak kehilangan akal sehatnya karena godaan wanita?

Kemudian janganlah hanya kita menyalahkan kekurangan mereka, namun ada baiknya jika kita lebih menjaga untuk tidak memancing kekurangan mereka menjadi lebih kurang. Dan saat kau menjaga, semua yang kau miliki akan menjadi semakin dan semakin indah. Dan sebaliknya, betapapun indahnya dirimu saat ini, namun jika hanya murah saja kau tampilkan dirimu diluaran sana, atau kau jadikan dirimu umpan bagi setiap laki- laki yang hanya akan gratis melihatmu terpampang begitu saja, maka nilai keindahan itu akan benar- benar hilang, dan hanya akan sekedar selesai dalam nilai lumrah.

Kau adalah mahal, dan termahalkan, jika kau menjadikan dirimu terhormat dan terlalu mahal untuk hanya sekedar terendahkan.

Maka hargailah dirimu dengan segenap keindahan yang memang bukan milikmu. Ya, saat ini jika kau mengira semua itu mungkin milikmu, tapi bukan. Sekali lagi bukan, pemilik yang sebenarnya akan setiap saat meminta kembali kepadamu, sesuatu yang telah dititipkannya kepadamu. Dan tentu saja lengkap dengan sepaket pertanggungan jawabmu atas perlakuanmu terhadap sesuatu milikNya tersebut.

HIDUP TIDAK DIUKUR DENGAN BANYAKNYA NAPAS YANG KITA HIRUP melainkan DENGAN SAAT-SAAT DIMANA KITA MENARIK NAPAS BAHAGIA.


Terkadang ada saat-saat dalam hidup ketika engkau merindukan seseorang begitu dalam, hingga engkau ingin mengambilnya dari angan-anganmu,lalu memeluknya erat-erat !

Ketika pintu kebahagiaan tertutup, pintu yang lain terbuka...tetapi, seringkali kita memandang terlalu lama pada pintu yang tertutup hingga kita tidak melihat pintu lain, yang telah terbuka bagi kita..

Jangan percaya penglihatan; penglihatan dapat menipu.
Jangan percaya kekayaan; kekayaan dapat sirna.
Percayalah pada dia yang dapat membuatmu tersenyum.
............. Sebab hanya senyumlah yang dibutuhkan untuk mengubah hari gelap menjadi terang.
Carilah dia, yang membuat hatimu tersenyum.

Angankan apa yang engkau ingin angankan...
Pergilah kemana engkau ingin pergi...
Jadilah seperti yang engkau kehendaki.
Sebab hidup hanya satu kali dan engkau hanya memiliki satu kesempatan untuk melakukan segala hal yang engkau ingin lakukan.

Semoga engkau punya cukup kebahagiaan untuk membuatmu tersenyum.
Cukup pencobaan untuk membuatmu kuat.
Cukup penderitaan untuk tetap menjadikanmu manusiawi.
Dan cukup pengharapan untuk menjadikanmu bahagia.

Mereka yang paling berbahagia tidaklah harus memiliki yang terbaik dari segala sesuatu.
Mereka hanya mengoptimalkan segala sesuatu yang datang dalam perjalanan hidup mereka.
Masa depan yang paling gemilang akan selalu dapat diraih dengan melupakan masa lalu yang kelabu.
Engkau tidak akan dapat maju dalam hidup hingga engkau melepaskan segala kegagalan dan sakit hatimu.

Ketika engkau dilahirkan, engkau menangis sementara semua orang di sekelilingmu tersenyum. Jalani hidupmu sedemikian rupa, hingga pada akhirnya engkaulah satu-satunya yang tersenyum sementara semua orang di sekelilingmu menangis.
Jangan hitung tahun-tahun yang lewat,
hitunglah s aat-saat yang indah ..

HIDUP TIDAK DIUKUR DENGAN BANYAKNYA NAPAS YANG KITA HIRUP melainkan DENGAN SAAT-SAAT DIMANA KITA MENARIK NAPAS BAHAGIA.

Buat yang sering Mengeluh


01]. Hari ini sebelum Anda mengatakan kata-kata yang tidak baik,Pikirkan tentang seseorang yang tidak dapat berbicara sama sekali

02]. Sebelum Anda mengeluh tentang rasa dari makanan yang Anda santap,Pikirkan tentang seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.

03]. Sebelum Anda mengeluh tidak punya apa-apaPikirkan tentang seseorang yang meminta-minta di jalanan.

04]. Sebelum Anda mengeluh bahwa Anda buruk,Pikirkan tentang seseorang yang berada pada tingkat yang terburuk di dalam hidupnya.

05]. Sebelum Anda mengeluh tentang suami atau istri Anda,Pikirkan tentang seseorang yang memohon kepada Tuhan untuk diberikan teman hidup.

06]. Hari ini sebelum Anda mengeluh tentang hidup Anda,Pikirkan tentang seseorang yang meninggal terlalu cepat.

07]. Sebelum Anda mengeluh tentang anak-anak AndaPikirkan tentang seseorang yang sangat ingin mempunyai anak tetapi dirinya mandul.

08]. Sebelum Anda mengeluh tentang rumah Anda yang kotor karena pembantu tidak mengerjakantugasnya, Pikirkan tentang orang-orang yang tinggal dijalanan.

09]. Sebelum Anda mengeluh tentang jauhnya Anda telah menyetir,Pikirkan tentang seseorang yang menempuh jarak yang sama dengan berjalan.

10]. Dan di saat Anda lelah dan mengeluh tentang pekerjaan Anda,Pikirkan tentang pengangguran,orang-orang cacat yang berharap mereka mempunyai pekerjaan seperti anda.

11]. Sebelum Anda menunjukkan jari dan menyalahkan orang lain,ingatlah bahwa tidak ada seorangpun yang tidak berdosa,,,

12]. Kita semua menjawab kepada Sang PenciptaDan ketika Anda sedang bersedih dan hidupmu dalam kesusahan, tersenyum dan berterima kasihlah kepada Tuhan bahwa Anda masih hidup !
a. Life is a gift
b. Live it…
c. Enjoy it…
d. Celebrate it…
e. And fulfill it.

13]. Cintai orang lain dengan perkataan dan perbuatanmu

14]. Cinta diciptakan tidak untuk disimpan atau disembunyikan

15]. Anda tidak mencintai seseorang karena dia cantik atau tampan,Mereka cantik/tampan karena Anda mencintainya,,,

16]. It’s true you don’t know what you’ve got until it’s gone,but it’s also true You don’t know what you’ve been missing until it arrives!!!

Jadi……..berhentilah mengeluh, hadapilah manis pahitnya hidup dengan bersyukur terhadap semua yang telah Allohberikan…

Kamis, 09 Februari 2012

Syukur


Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sekalipun kita durhaka
kepada-Nya, tetap saja Dia memberi kita banyak kenikmatan. Namun Allah tidak
memberikan "iman" kepada hamba-hamba-Nya yang durhaka. Sudah seharusnya kita
merenungkan hal ini. Apakah kita akan menjual iman dengan harga yang murah,
padahal harga iman itu setara dengan surga.

Kita menjadi makhluk-Nya yang kufur setelah kita melalui kenikmatan itu tanpa
berterima kasih kepada-Nya. Jika kita berterima kasih kepada orang yang
memberikan bantuan kepada kita, sesungguhnya Allah-lah yang lebih berhak dan
lebih banyak kita haturkan terima kasih. Karena kenikmatan yang Dia berikan,
tiada terhitung jumlahnya. Mulai dari udara yang kita hirup, mata yang
berkedip, dan masih banyak lagi yg tak terhitung jumlahnya . Semua itu
kenikmatan yang tiada ternilai harganya. Jika Anda mengucapkan kata
"Alhamdulillah" ketika memperoleh kenikmatan, itu sudah cukup bagi Allah, tapi
jika dibandingkan nikmat pemberian-Nya, jauh sekali dari standar yang
semestinya.

Pada hakikatnya, rasa syukur kita bukan untuk Allah, melainkan untuk diri kita
sendiri. Kekuasaan Allah tidak akan bertambah dengan banyaknya orang yang
bersyukur dan tidak akan berkurang dengan banyaknya orang yang kufur. Begitupun
dengan perintah-perintah Allah yang harus kita jalankan dalam kehidupan ini,
semuanya adalah untuk diri kita sendiri. Bukankah jika kita bersyukur, Allah
akan menambahkan kenikmatan untuk kita? Dan bukankah jika kita kufur, azab-Nya
amatlah pedih?

Begitu tingginya maqam syukur, sehingga banyak ulama yang mengatakan bahwa
syukur adalah separoh dari iman. Mengapa? Karena syukur adalah pintu gerbang
untuk mengenal Allah dan mengenal diri kita sendiri. Ketika kita mengucapkan
"Alhamdulillah", sesungguhnya kita sedang mengatakan bahwa seluruh puji-pujian
hanyalah milik Allah – Tuhan semesta alam. Ketika kita memperlihatkan
kenikmatan yang diberikan-Nya, sesungguhnya kita sedang mengatakan – dengan
bahasa tubuh kita – bahwa semua itu berasal dari-Nya, bukan dari usaha kita
sendiri. Jika Allah menghendaki kehinaan pada diri seseorang, maka tak akan ada
orang yang sanggup membuatnya mulia. Kehinaan tetap melekat padanya seumur
hidupnya.

Semoga Kita Adakah Termasuk Hamba2 Allah Yg Bersyukur , Amin Ya Rabb Ya Rabbal Alamiiin .