Kamis, 01 April 2010

Ketika Kamu Tidak Tahu, Maka Tanyakanlah Kepada Yang Maha Tahu | Tips Mempersiapkan Bekal dengan Berdoa Ketika Ujian


Ketika Kamu Tidak Tahu, Maka Tanyakanlah Kepada Yang Maha Tahu | Tips Mempersiapkan Bekal dengan Berdoa Ketika Ujian
Bismillahirrahmanirrahiim…

Assalamualaikum Warahmatullah

Fenomena mengenai kebuntuan dalam menjawab suatu soal yang sulit merupakan kewajaran bagi seorang siswa sehingga menyebabkan dirinya merasa bimbang jikalau tidak mampu menjawabnya. Apalagi seorang siswa dituntut atas suatu hal mengenai ujian tersebut. Kelulusan, itulah target umum setiap siswa di kelas akhir dari suatu tingkat sekolah dalam menempuh Ujian Nasional. Namun, tidaklah wajar jika seorang siswa harus melanggar peraturan yang sudah menjadi persetujuan antara dirinya dan pihak penyelenggara ujian, mengingat mematuhi peraturan tersebut adalah hal yang perlu disetujui siswa agar dirinya dapat mengikuti ujian tersebut. Mungkin, karena adanya tekanan psikologis yang terkadang mereka rasakan sehingga ada menjadikan beberapa diantara mereka terkhilaf untuk melakukan suatu pelanggaran mengingat mereka harus menempuh target.

Mencapai nilai tertentu merupakan suatu target bagi setiap siswa ketika UJian Nasional namun sekali lagi, hal itu tidaklah wajar untuk dilakukan bagi seorang siswa yang telah menyetujui peraturan dengan mengikuti ujian tersebut. Walaupun demikian, sebenarnya ada suatu cara yang sungguh efektif dan baik dalam membantu mereka mengerjakan ujian jika mereka membutuhkan bantuan.

Jika saja mereka tertantang untuk bertanya kepada sahabatnya yang juga memiliki masalah yang sama ketika tidak mampu menjawab suatu soal, lalu, mengapa mereka tidak mengalihkan keinginan itu kepada cara yang diperbolehkan bahkan cara yang sungguh mulia ketika dilakukan seorang siswa kepada Rabbnya?. Benar, cara itu adalah Berdoa. Mungkin, kita sering terkhilaf dalam suatu keadaan yang membuat kita tertantang melakukan suatu hal yang belum tentu baik untuk diri kita padahal kita masih memiliki cara yang lebih baik untuk menyelesaikannya. Begitupun ketika kita terjebak kepada suatu persoalan yang membuat kita tertantang untuk bertanya kepada orang lain yang belum tentu dirinya mengetahui sepenuhnya atas masalah kita, sedangkan kita memiliki kesempatan untuk bertanya kepada Yang Maha Mengetahui. Mengapa kita tidak membiasakan untuk bertanya kepada Yang Maha Tahu ketika kita tidak tahu, padahal Yang Maha Tahu itu lebih tahu apa yang terbaik untuk kita daripada siapa-siapa yang kita anggap tahu? Dan bertanya kepadaNya bukanlah hal yang dilarang ketika ujian(Kalo ada larangannya, awas aja ^^V Masya Allah).

Maka dari itu gunakan senjatamu yang berupa doa karena doa itu merupakan senjata yang sangat ampuh ketika seorang muslim sedang terdesak. Percayalah bahwa Allah tidak mengingkari JanjiNya ketika kita meminta maka Dia akan mengabulkannya.

Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. … " Al-Mu’min:60

Selain doa yang dipanjatkan dari seorang hamba kepada Allah akan dikabulkanNya, doa itupun dapat menjadikan siapa yang berdoa akan bertambah rasa percaya dirinya sehingga dapat meningkatkan rasa optimisnya dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dia hadapi. Kemudian dengan rasa optimis itu jiwa-jiwa yang merasa resah akan menjadi yakin karena hatinya ia pautkan kepada Rabb Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Sehingga hati-hati yang lemah akan menjadi kuat sehingga permasalahan-permasalahan yang dihadapinya menjadi begitu kecil dan membuatnya dirinya lebih optimal dalam mengurusi permasalahan yang dihadapi.

Dengan doa seseorang dapat membuat dirinya menjadi teduh sehingga dapat membuat dirinya tenang dan dengan ketenangan ini seluruh fungsi tubuhnya akan bekerja dengan baik. Jiwa yang tenang akan menjadikan dirinya pun cenderung menjadi tenang. Dan ketenangan diri merupakan perhiasan yang sangat berharga ketika seseorang sedang menghadapi permasalahan yang serius karena tanpa ketenangan seseorang tidak dapat mengerjakan suatu permasalahan secara optimal.

Mungkin analoginya seperti ini: bayangkan, apa yang terjadi jika seseorang lupa menaruh sebuah kunci untuk membuka lemari, yang kunci tersebut terdapat di antara tumpukan kunci? Bila dirinya tidak tenang maka fikirannya akan stres atau bisa menyebabkan dirinya berputus asa hingga menjadi pesimis dengan banyaknya kunci padahal dia telah menaruh kunci itu ditempat yang sangat spesifik agar tidak tertukar dengan kunci yang lain. Bukankah jika sedikit saja dia menenangkan diri untuk memberikan kesempatan kepada fikirannya untuk berexplorasi secara menyeluruh sehingga dirinya mampu mengembalikan ingatannya mengenai letak kunci agar dapat membuatnya dengan mudah menemukan kunci yang dicari?. Begitupun ketika kita menghadapi masalah yang memerlukan suatu ‘data’ penting untuk menyelesaikan suatu permasalahan, jika kita tidak tenang maka ilmu-ilmu pendukung yang pernah terkubur dalam fikiran kita akan sulit diingat kembali. Oleh karenanya ketenangan sangat dibutuhkan ketika ujian.

Jika demikian berarti, ketenangan dapat menjadikan seseorang mengeksplorasi fikirannya secara lebih menyeluruh hingga hal itu akan memudahkan seseorang untuk mengembalikan ingatan-ingatannya mengenai ilmu-ilmu yang pernah dipelajari olehnya agar dapat lebih membantu dirinya untuk mengolah data-data yang terdapat pada soal-soal yang hendak dijawab. Dan ketenangan itu diperoleh dari ketundukan hati kepada Rabb dengan membiasakan diri dengan Berdoa. Karena dengan ingat kepada Allah, maka hati akan menjadi tenteram. Dan ketenteraman akan menghasilkan perasaaan yang tenang namun fikiran tetap bersiaga. Subhanallah… Insya Allah.

Dalam peng-eksplorasi-an fikiran ketika mencari ilmu-ilmu yang berguna jika dilakukan secara apik maka dapat membuat seseorang menemukan ide baru dalam menyelesaikan pekerjaannya. Sehingga ketika ujian itu berlangsung, siswa bukan hanya menjawab soal saja, melainkan ketika ujian itupula dirinya dapat menambah wawasannya dalam menyelesaikan soal tersebut dengan cara yang lebih praktis. Keren khan? Subhanallah, Insya Allah.

Selain ketenangan merupakan sesuatu hal yang sangat berharga ketika menghadapi suatu permasalahan, perasaan yakin juga merupakan sesuatu hal yang sangat berharga bagi seseorang siswa dalam mengerjakan ujian. Karena dengan keyakinan kita mampu mengaplikasikan apa yang kita miliki menjadi lebih nyata. Bayangkan apa yang terjadi jika keyakinan itu tidak kita miliki?, Maka kita tidak memiliki kemampuan yang optimal dalam menyatakan sesuatu yang kita ketahui. Analoginya mungkin seperti ini, anggaplah ada sebuah komputer yang begitu hebat dalam memproses suatu pekerjaan, namun komputer itu tidak dialiri listrik, kira-kira apakah komputer tersebut dapat bekerja untuk mengerjakan pekerjaannya? Tidak. Begitupun keyakinan pada diri kita, jika kita tidak yakin terhadap suatu hal maka belum tentu kita mampu mengerjakan pekerjaan tersebut dengan optimal.

Dan keyakinan itu dipupuk dari kepercayaan kita terhadap Kuasa Allah dalam mempermudah segala pekerjaan kita. Dan keyakinan itu dibentuk dari ketundukan hati dengan Berdoa. Maka berdoalah agar Allah mengkaruniakan kita keyakinan yang cukup dalam membantu kita mengerjakan tugas-tugas kita. Insya Allah

Jika masalahnya adalah pembendaharaan ilmu, maka jangan berputus asa ketika kita merasa ilmu yang kita miliki adalah sedikit sehingga kita menjadi pesimis dalam menghadapi ujian, ketahuilah bahwa permasalahan yang kompleks sebenarnya lahir dari permasalahan yang paling sederhana. Damn permasalahan yng sederhana dapat diperoleh dari permasalahan yang kompleks. Sebagai contoh: mungkin kita berfikir sederhana ketika memahami angka 1, padahal ada proses matematis yang jumlahnya tak terhingga dalam menghasilkan angka tersebut. Mulai dari model 1 + 0 atau model yang seperti ini 0.0001/0.0001 atau bahkan yang seperti ini ((sqr(64)+2)- sqr(81)x(35x10^3)x999)^0(y
a jelas saja, setiap angka yang di pangkatkan dengan nol maka hasilnya adalah “1” :Dv (masya Allah) ) yang dimana kesemua penjumlahan itu menghasilkan angka “1”. Jadi kita tidak perlu pesimis ketika menghadapi ujian yang dimana kita merasa bahwa kemampuan terbatas. Karena kemampuan kita yang sedikit itu sebenarnya memiliki banyak sekali manfaat yang dapat membantu kita dalam mengolah data-data yang terdapat di soal-soal ujian untuk menghasilkan jawaban terbaik walaupun dari soal tersulit sekalipun.

Namun selain keyakinan yang kita miliki kita juga perlu memiliki bekal yang cukup untuk menyelesaikan tugas kita dengan baik. Dan itu harus dipupuk sedemikian rupa sehingga ketika ujian nanti kita mampu mengoptimalkan diri kita dalam menerapkan apa yang telah kita pelajari. Bayangkan, apa yang terjadi jika sebuah DVD player tidak memiliki decoder yang gunanya sebagai pengubah signal cahaya yang dipantulkan dari sebuah piringan DVD menjadi data film? Walaupun DVD player itu dialiri listrik sekalipun maka DVD player tersebut tidak mampu memainkan film yang terdapat pada piringan DVD tersebut. Oleh karenanya DVD player itu harus memiliki “ilmu” yang disebut dengan decoder yang berguna untuk menterjemahkan signal-signal cahaya yang diterima agar dapat diteruskan menjadi suatu data yang dapat dimainkan. Begitupun juga dengan diri kita, selain keyakinan yang perlu kita persiapkan dalam memberikan jiwa optimisme ke dalam diri kita ketika menghadapi ujian maka kitapun perlu mempersiapkan bekal yang memadai sebagai ‘decoder’ yang mampu mengolah berbagai macam bentuk soal agar menghasilkan sebuah jawaban yang paling baik secara mudah dan tepat.

Namun bukan karena sudah merasa cukup memiliki bekal, sehingga kita telah merasa sangat percaya diri untuk menjawab soal-soal ujian. Meningkatkan performa kita dengan cara memperkaya bekal adalah sangat diperlukan karena dapat membantu kita mempersingkat waktu dalam mengolah suatu soal, karena kita juga harus dapat mengelola waktu ketika ujian berlangsung. Dan tidaklah waktu yang singkat dalam mengerjakan suatu soal diperoleh kecuali dari banyaknya ilmu yang lebih mendukung untuk mengerjakannya. Bayangkan jika kita pernah diberikan gambaran yang banyak mengenai perjalanan ke kota Roma maka kitapun akan cepat sampai di sana, daripada diri kita yang hanya memiliki sedikit pengetahuan tentang perjalanan ke kota tersebut, walaupun tidak mustahil jika kita dapat sampai di kota tersebut namun bisa jadi memakan waktu yang lama. Tetapi, saat ini kita bukan sedang berjalan ke kota Roma yang tidak dibatasi waktu untuk pergi ke sana, melainkan kita berada pada arena ujian yang waktunya dibatasi. Sehingga bekal ilmu yang banyak sangat perlu bagi seorang siswa ketika menghadapi ujian agar dapat mempersingkat dirinya dalam menjawab soal-soal yang diuji dengan cepat dan tepat.

Kembali lagi kepada Doa, …

Membiasakan diri dengan Berdoa dapat meningkatkan ketajaman hati seseorang ketika berhadapan dengan masalah yang dia hadapi. Dari ketajaman hati ini dapat membuat dirinya meningkatkan rasa kehati-hatian yang dapat menjadi pengingatnya ketika dia bertindak tidak wajar terhadap apa yang dia lakukan. Dan kitapun tahu bahwa kehati-hatian juga sangat diperlukan oleh seorang siswa karena kehati-hatian dalam mengolah soal merupakan hal yang sangat berharga ketika ujian, lantaran bisa jadi seorang siswa terkhilaf ketika menjawab soal sedang ia kurang teliti.

Dari ketajaman hati inipun, seseorang dapat menimbang-nimbang antara mana yang baik dan mana yang kurang baik untuk diikut sertakan kepada pengolahannya terhadap suatu masalah. Dan peristiwa menimbang-nimbang kelayakan ini merupakan tindakan yang sangat efektif dan efisien dalam menyelesaikan suatu masalah. Semakin tajam hati itu maka akan dapat membuat seseorang makin peka terhadap ketidak seimbangan disekelilingnya sehingga dengan itu dia akan berusaha untuk merubahnya agar keadaan yang tidak seimbang itu menjadi seimbang. Begitupun ketika sedang menghadapi suatu masalah, jika hati tajam maka dirinya akan peka terhadap apa-apa saja yang tidak seimbang disekitarnya sehingga naluriah yang sudah terpahat oleh ilmu yang dimilikinya akan merespon ketidak seimbangan itu agar dirinya merubah keadaan tersebut menjadi keadaan yang seimbang. Itulah gunanya hati yang tajam.

Dan penajaman hati ini harus di dukung dengan faktor luar, yaitu memelihara pandangan. Karena dengan memelihara pandangan hati seseorang akan terhindari dari rasa picik maupun maksiat. Pemeliharaan pandangan tidak hanya terpaut kepada lawan jenis namun hal lainnya yang berupa pandangan-pandangan yang dilarang seperti melihat kertas jawaban orang lain ketika ujian( :Dv ) padahal hal itu dilarang, maupun melihat hal-hal yang dilarang lainnya. Ingatlah bahwa pencurian bukan berarti apa yang dilakukan oleh tangan saja melainkan matapun juga dapat mencuri. Dan apapun yang dicuri maka tidak lah berkah. Mulailah kita belajar untuk memelihara pandangan kita sejak dini agar mata hati kita tidak terbiasa untuk mencuri sehingga hati kita terhindari dari kemaksiatan kemudian dengan itu hati akan menjadi tajam.

Kembali kepada rasa yakin,…
Dan agar kita bekerja secara lebih optimal emosi diri kita juga harus stabil, dan penstabilnya adalah ketenangan diri. Mungkin analoginya seperti ini: jika komputer hebat tadi telah bekerja karena sudah dialiri listrik, namun pasokan listrik yang mengaliri komputer tersebut tidak stabil, apakah komputer itu akan bekerja dengan baik? Belum tentu, namun kita tidak perlu khawatir karena bisa saja listrik yang dibutuhkan komputer hebat itu tetap stabil walaupun listrik yang diterimanya tidak stabil, yaitu dengan adanya stabilizer yang dimana tugas stabilizer adalah penstabil masuknya aliran listrik untuk menghasilkan keluaran yang stabil kepada komputer hebat tersebut. Begitupun dengan diri kita, walaupun suasana kelas dan keadaan ketika dalam masa pengujian itu tidak mendukung setidaknya kita harus punya stabilizer untuk menstabilkan diri kita agar tetap tenang. Dengan apa? Dengan menjadikan ujian sebagai suatu keindahan. Sehingga hal itu cenderung tidak mencari-cari alasan untuk berputus asa ketika suasana sedang tidak mendukung. Insya Allah.

Dan berdoalah dengan mengharap Keirdhaan Allah dalam mengerjakan suatu pekerjaan, karena tanpa keridhaanNya kita tidak mampu mengerjakan pekerjaan apapun walaupun sebenarnya kita mampu mengerjakannya dan dengan KeridhaanNya seseorang yang tidak tahu mampu menyelesaikan suatu permasalahan akan dijadikan mampu olehNya jika Dia berkehendak. Ingatlah, tidak ada yang tidak mustahil di dunia ini, semua itu akan terjadi jika Allah menghendaki dengan keridhaanNya. Sekarang yang kita usahakan adalah apa yang seharusnya kita lakukan agar Allah menghendaki kita mendapati keridhaanNya dalam menyelesaikan persoalan-persoalan kita?. Persiapkanlah hal yang mendukung dalam menyelesaikan permasalahan kita karena hal itu adalah salah satu kunci agar Allah menghendaki kita mendapati RidhaNya. Insya Allah.

Ujian Nasional tinggal sebentar lagi, berarti masih ada waktu bagi kita untuk memperkaya bekal untuk menghadapinya. Janganlah bersikap pesimistis, majulah terus melewati garis yang diharapkan.

Jadikanlah ujian bagaikan sebuah permata yang indah yang perlu dirawat dengan sentuhan-sentuhan yang lembut dan teliti agar ketika permata itu digunakan nantinya kita akan merasa puas, apalagi jika permata itu adalah murni dari hasil pahatan tangan kita sendiri. Sungguh kepuasan atas kemampuan kita dalam menyelesaikan permasalahan secara mandiri merupakan kepuasan yang tak ternilai harganya. Sucikan apa yang akan engkau peroleh, agar Allah memberkahi setiap langkah-langkahmu. Insya Allah.

Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?,
dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu,
yang memberatkan punggungmu
Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain
dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.
QS. Alam Nashrah(92)

Semoga apa yang tertuang ini Bermanfaat, Insya Allah
Semoga Allah memaafkan aku ketika aku bersalah
Allahuma Amiin

Walaikum salam Warahmatullah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar