Minggu, 03 Juli 2011

"Ku Lepas Cintanya demi Cinta-Nya"


Kisah ini datang dari seorang Ikhwan. Semoga ada hikmah dari Kisah nyata di bawah ini.
Saya sama seperti orang lain, punya keinginan untuk disayangi dan menyayangi. Walau bagaimanapun tidak mudah bagi saya untuk jatuh hati kepada seorang wanita. Saya tidak pernah punya keinginan untuk mencari seorang wanita untuk di jadikan kekasih tetapi mencari pendamping hidup hingga ke akhir hayat saya.
Seseorang yang bisa mengingatkan saya ketika saya terlupa,dan yang terpenting adalah wanita yang bisa saya percaya untuk mendidik anak-anak saya kelak yang akan menjadi generasi yang lahir dari keluarga kami nanti. Untuk itu sejak di bangku sekolah saya sudah mempunyai kriteria calon Istri saya kelak.
Sejak di bangku sekolah, saya belum pernah menjalin hubungan dengan seorang wanitapun, karena sya berasal dari keluarga yang sedikit banyak faham akan hukum dan norma Islam, juga faham aakan batsan pergaulan antara lelaki dan wanita, dan kebetulan sayapun bersekolah di Sekolah yang mengajarkan penuh Ilmu keagamaan. Karena itu saya tidak pernah tertarik untuk memberi cinta atau menerima cinta sebelum akad nikah itu terucap, meski peluang itu hadir beberapa kali.
Sampai suatu hari saya bertemu dengan seorang akhwat berjilbab lebar ,dan sangat menjaga auratnya, tidak hanya itu juga sangat mempertahankan malu dalam pergaulannya dengan lelaki ajnabi. Kami di pertemukan di sebuah Organisasi penting di tempat kami belajar,dan dia menjadi wakil saya, disitulah perkenalan kami bermula, dia amat berhati-hati dalam mengatur butir ucapannya, bersopan santun dalam mengatur langkahnya dan dia tidak bepergian kemana-kemana tanpa bertemankan mahromnya. dia mampu mengingatkan orang lain dengan menjadi dirinya sendiri,tanpa perlu berkata sepatah katapun. Dan pada hari terakhir saya bertugas, saya memberanikan diri bertanya tentang keluarganya, dan Alhamdulillah saya mendapat respon yang baik dan ternyata barulah saya tahu, bahwa saya adalah lelaki pertama yang pernah ngobrol dengannya, pantas saja dia terlihat sangat kikuk dan pemalu.

Setelah pertemuan terakhir itu saya berangkat ke Yordan, dan dari sanalah saya menghubungi dia dan mengutarakan niat saya untuk mengkhitbahnya, dan Alhamdulillah dia menerimanya, dan selama 4bulan kami menjaga komunikasi. Kadang saya lalai dalam menjaga batas-batas hubungan kami,dialah yg selalu mengingatkan untuk membatasi sms-sms kami agar tidak terlalu sering.
Namun, Ibu akhirnya mengetahui hubungan kami dari adik perempuanku. Dan Ibu sangat tidak suka mengetahui hubunganku dengannya.
Masih Ku Ingat jelas kata-kata Ibu:
"Anakku,, saya belum pernah menemukan ajaran ISLAM yang memperbolehkan apa yang kamu lakukan sekarang. Saya belum mendengar dari siapapun bahwa jalinan cinta sebelum menikah di perbolehkan, aku tidak pernah tahu ada hubungan antara wanita dan lelaki di luar pernikahan yang resmi juga suci. Jadi, bolehkah Ibu mendengar alasanmu langsung dari mulutmu,bahwa ada hukum yang membolehkan hubunganmu dari apa yang pernah kamu pelajari dulu hingga sekarang?"
"Aku hanya bisa tertunduk diam"
"Wahai bauah hatiku, Jika kamu Ingin membina sebuah keluarga yang penuh keimanan, kamu tidak akan dapat membinanya diatas perkara yang Allah telah menyatakan sebagai suatu kesalahan dan terbukti tidak pernah Rasulullah ajarkan. Keluarga bahagia dan di berkahi adalah dengan kehendak Allah, dan kamu tidak punya daya apapun untuk menciptakan sebuah kebahagiaan dan keberkahan dalam rumah tanggamu, jika langkah pertama yang kamu pijak adalah dengan memasuki area yang telah jelas Dia(Allah) larang. Kamu tidak dapat memiliki keluarga yang bahagia jika Allah tidak membantumu. Dan kamu harus tahu, keluarga yang utuh hingga ke ajal mereka tidak lain karena Ridha Allah bersama mereka, kamu tidak bisa mengharapkan Dia akan membantumu jika kamu melakukan langkah yang salah pada permulaannya."
Saya tidak punya sepatah katapun untuk membantah apa yang Ibu katakan karena semuanya adalah benar, dan saya telah mengetahuinya kebenaran itu sejak lama di tempat saya menimba Ilmu dan dari semua kitab fiqh yang saya baca tiada satupun yang menghalalkannya dan tiada cinta yang Allah ridhai kecuali cinta setelah adanya ikatan pernikahan. Tetapi saya tidak mampu melawan kehendak nafsu saya sendiri. Saya tahu kebenaran itu namun tidak mampu menegakaknnya. namun nasihat Ibu mampu menyadarkanku dan memberiku kekuatan untuk bangkit dari kekhilafanku selama ini.
"Ibu berkata : Anakku... Aturan ini bukan Ibu yang mengatur , tapi Allah yang membuat keputusan , Allah yang mendatangkan Kebenaran"
Dengan kekuatan dan dukungan dar Ibu, aku putuskan hubungan kami, meski dia banjir air mata, namun dia mengerti ini memang yang terbaik untuk kami, dan diapun meminta maaf kepada Ibu karena telah menjalin hubungan cinta di luar pernikahan denganku. Tetapi Ibu berkata padanya, tidak usah resah putriku, jika memang takdirnya kalian berjodoh,InsyaAllah kalian akan di pertemukan kembali dalam keadaan yang jauh lebih baik,saat yang tepat untuk menyatukan cinta kalian dengan ikatan suci yang lebih di ridhai.

Dan aku berjanji.. Setelah kepulanganku kembali dari Yordan, aku akan melamarnya. Aamiin.

"Sekiranya tiada penawar berbisa, jangan coba mencari cinta manusia,kelak dirimu akan binasa. Jika cinta manusia datang menguji tanpa di minta kehadiran-Nya, maka mencintalah Karena Allah dengan Cara Allah"

Wallahu'alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar